Menanggapi hal itu, Ganjar tak menutup opsi-opsi yang ada. Dia menyebut selama belum ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU), semua peluang bisa terjadi.
RUANGPOLITIK.COM – Wacana duet Prabowo Subianto dengan Ganjar Pranowo di Pilpres 2024 kembali mencuat setelah relawan Jokowi, Projo, menyepakati usulan duet Prabowo-Ganjar dalam Konferensi Daerah di Bali pertengahan Agustus lalu.
Projo Bali menyatakan dukungannya kepada Prabowo di Pilpres 2024. Sementara di sisi lain, mereka juga mengaku memiliki hubungan dekat dengan Ganjar.
“DPD Projo Bali mengusulkan Bapak Prabowo sebagai calon presiden dan Bapak Ganjar Pranowo sebagai calon wakil presiden di Pemilu 2024,” ujar Ketua DPD Projo Bali I Gusti Agung Ronny Indra Wijaya, Minggu (13/8).
Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid juga sempat menyinggung soal skema pilpres dua pasangan calon. Namun, dia memastikan pasangan yang diusung Koalisi Perubahan, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar akan ikut bertanding.
Menanggapi hal itu, Ganjar tak menutup opsi-opsi yang ada. Dia menyebut selama belum ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU), semua peluang bisa terjadi.
“Kalau politik itu sebelum nanti ditetapkan di KPU semua peluang bisa terjadi,” kata Ganjar usai menghadiri rapat Tim Pemenangan Nasional (TPN) di Gedung High End, Jakarta, Rabu (20/9).
Sementara itu, Partai Gerindra mengaku belum pernah berpikir untuk memasangkan Prabowo dengan Ganjar di Pilpres 2024.
Meski begitu, Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad menyebut hingga masa pendaftaran dibuka pada 19-25 Oktober mendatang, dinamika politik masih sangatlah cair.
Pengamat politik Universitas Andalas, Asrinaldi mengatakan duet Prabowo-Ganjar di Pilpres 2024 bukan isapan jempol belaka. Keduanya memiliki peluang besar untuk menjadi pasangan capres-cawapres.
Menurutnya, Prabowo-Ganjar bisa menjadi kekuatan besar dan mampu untuk memenangkan Pilpres mendatang.
“Kalau seandainya dipasangkan Ganjar dan Prabowo itu bisa menjadi kekuatan besar dan memenangkan pemilu. Saya yakin itu,” kata Asrinaldi kepada media, Kamis (21/9) malam.
Asrinaldi menyebut menyatukan Prabowo-Ganjar menjadi pasangan capres-cawapres di Pilpres 2024 bukan hal yang mudah. Banyak yang mesti dibicarakan antara PDIP dan Partai Gerindra mengenai duet tersebut.
Terlebih, Prabowo merupakan tokoh politik senior, sehingga belum tentu dia bersedia menjadi cawapres Ganjar. Apalagi, Partai Gerinda juga bukan partai politik kecil.
Selain sulit dalam menentukan siapa yang mengisi posisi cawapres, kata dia, pembicaraan mengenai uang kampanye dan strategi masing-masing partai pengusung baik Prabowo maupun Ganjar juga akan sulit.
“Karena masing-masing akan klaim saya lebih hebat, partai saya lebih kuat. Akhirnya kalau gitu kita bertanding saja. Kan itu ujung-ujungnya,” ujar Asrinaldi.
Sementara, Anies masih terbilang baru dalam kontestasi politik nasional. Ia berujar basis pemilih PKB kemungkinan juga akan terpolarisasi dengan adanya koalisi PDIP-Gerindra
“Melihat potensi itu ya tentu peluangnya ada pada Ganjar dan Prabowo. Itu juga sangat disadari oleh kekuatan-kekuatan yang mendukung Ganjar dan pendukung Prabowo,” ucapnya.
Asrinaldi mengatakan duet Prabowo-Ganjar merupakan keinginan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sejak beberapa waktu lalu.
Ia berpendapat Jokowi menginginkan Prabowo untuk mengisi posisi cawapres sebagaimana perintah PDIP. Sebab, PDIP memiliki perolehan suara yang lebih banyak ketimbang Partai Gerindra.
Namun, kata dia, Prabowo tak akan rela begitu saja menjadi cawapres Ganjar. Sebaliknya, PDIP juga tak mau Ganjar menjadi cawapres Prabowo.
“Kalau melihat kontestasi ini dia bisa bergabung dealnya ya Prabowo presiden, Ganjar wakil. Saya pikir enggak akan mau PDIP. Prabowo juga enggak mau jadi wapresnya Ganjar,” ujarnya.
Menurutnya, mesti ada pakta integritas yang ditandatangani PDIP-Partai Gerindra jika wacana duet Prabowo-Ganjar nantinya terealisasi.
“Karena posisinya sama-sama kuat. Kalau capresnya juniornya Prabowo, seperti Ganjar itu tidak akan mau kecuali posisi Gerindra itu jauh suaranya. Suara Gerindra signifikan, sedikit beda dengan PDI. Pendukung Gerindra juga real. Kalau seandainya dia mau jadi cawapres ya barangkali ada kesepakatan-kesepakatan yang didapatkan,” kata Asrinaldi.
Asrinaldi berpendapat tujuan Jokowi ingin memasangkan Prabowo-Ganjar di Pilpres mendatang karena ingin keduanya melanjutkan pembangunan yang telah berjalan.
Ia menyebut Jokowi khawatir dengan narasi perubahan yang diusung oleh Anies-Cak Imin.
“Tentu akan melanjutkan pembangunan yang sudah dicapai oleh Pak Jokowi. Visi beliau ini. Sebab ketakutan beliau ini kan dengan tagline perubahan untuk persatuan ini seakan-akan perubahan yang dibuat oleh pasangan AMIN ini akan mengubah semuanya dari 0 lagi,” ujarnya.
Analis Politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic Arifki Chaniago juga menyebut duet Prabowo-Ganjar di Pilpres 2024 merupakan ambisi Jokowi. Dengan Prabowo dan Ganjar bergabung menjadi satu, maka Jokowi tak lagi perlu memilih untuk memberikan dukungannya kepada Prabowo atau Ganjar.
“Kalau misal duet Ganjar-Prabowo terjadi tentu akan jadi kekuatan politik yang cukup besar. Tentu kekuatan politik ini juga akan memberikan keleluasaan bagi Jokowi untuk melihat daya tawar politik ke depan ketika Prabowo-Ganjar berkoalisi,” kata Arifki.
Arifki berpandangan proses penentuan capres dan cawapres bagi Prabowo-Ganjar pun akan menempuh jalan yang rumit. PDIP akan bersikukuh agar Ganjar menjadi Capres, sementara Prabowo mengisi posisi cawapres.
Padahal, jika ditilik berdasarkan pengalaman keduanya, Arifki menyebut mestinya yang menjadi cawapres adalah Ganjar.
“Daya tawar politik ini yang juga akan menyulitkan bagi masing-masing partai untuk membangun koalisi. Baik antara PDIP maupun Gerindra,” tandasnya.
Ia menilai sulit bagi Prabowo dan Ganjar untuk bergabung menjadi pasangan capres-cawapres di Pilpres 2024.
Hal itu lantaran keduanya telah dideklarasikan sebagai capres oleh masing-masing partai pengusungnya. Ia menyebut duet Prabowo dan Ganjar hanya isapan jempol belaka.
“Saya kira itu hanya ilusi. Soalnya survei yang tinggi antara Prabowo dan Ganjar. Kecuali survei Anies juga tinggi itu memungkinkan saja. Saya kira Anies belum menjadi ancaman. Maka sulit mereka berkoalisi,” ujarnya.
Namun, kata dia, jika duet Prabowo-Ganjar terjadi, maka pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar akan kesulitan untuk melawan mereka. Sebab, baik Prabowo maupun Ganjar akan di endorse oleh Presiden Jokowi.
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)