RUANGPOLITIK.COM – Pemilihan Muhaimin Iskandar sebagai cawapres Anies Baswedan, ditengarai adalah upaya untuk meraih suara pemilih kalangan Nahdlatul Ulama.
Namun berdasarkan pengalaman dari berkali-kali pilpres, menyatukan suara NU tersebut sangat sulit karena PBNU sendiri telah menyatakan menjauh dari politik praktis.
“Saya kira ini akan cukup meramaikan suasana pilpres, tapi tidak otomatis suara nahdliyin bisa disatukan oleh siapa pun. Pengalaman pemilu yang lalu, suara nahdliyin sangat cair, tidak semua memilih Jokowi-KH Ma’ruf Amin,” kata Ketua PBNU Ahmad Fahrur Rozi kepada wartawan, Sabtu (2/9/2023).
Menurut Fahrur, selain nama Muhaimin Iskandar untuk posisi cawapres yang diyakini akan bisa meraup suara Kalangan Nahdliyin adalah Menkopolhukam Mahfud MD, Gubermur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Menteri BUMN Erick Thohir.
Ketiganya sudah menjadi pembicaraan di massa Nahdliyin terutama pemilih tradisional.
“Mungkin semua kandidat capres akan melirik cawapres nahdliyin juga, agar dapat menggaet suara pemilih NU, nama seperti Pak Mahfud Md, Ibu Khofifah, Erick Thohir, menjadi kandidat cawapres yang sangat menarik,” sambungnya.
Namun walau tidak bisa bersatu sepenuhnya, dengan jumlah suara yang sangat signifikan maka warga NU masih tetap menjadi lirikan utama.
Tinggal nanti para capres atau cawapres mana yang akan bisa mengambil manfaat paling maksimal.
“Saya rasa 3 nama di atas itu cukup potensial, apalagi mereka sudah langsung berbaur ke tengah-tengah pemilih tradisional. Cukup bagus kalau menjadi cawapres,” pungkasnya. (ASY)
Editor: Syafri Ario
(Rupol)