Berdasarkan data ini, Saiful menyimpulkan bahwa perbedaan santri, abangan, dan priyayi dalam pemilihan presiden tidak penting. Baik yang santri, abangan, maupun priyayi di kalangan Muslim Jawa sama-sama dominan memilih Ganjar Pranowo
https://ruangpolitik.com —Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menyebut Ganjar Pranowo menjadi bakal calon presiden populer di kalangan santri. Mengungguli figur lainnya.
Dari 52,4 persen santri Muslim Jawa, 60 persen memilih Ganjar, 20 persen Prabowo Subianto, dan 15 persen Anies Baswedan. Ada 5 persen yang belum menjawab.
Sementara pilihan kelompok abangan juga lebih dominan ke Ganjar 58 persen, Prabowo 11 persen, Anies 14 persen, dan tidak jawab 16 persen. Selain itu, terdapat 59 persen kalangan priyayi yang memilih Ganjar, 0 persen memilih Prabowo, 19 persen memilih Anies, dan tidak jawab 22 persen.
“Ganjar didukung oleh mayoritas santri, abangan, dan priyayi,” kata Pendiri SMRC Saiful Mujani, dikutip dari keteeangan resmi, Jumat (14/4/2023).
Berdasarkan data ini, Saiful menyimpulkan bahwa perbedaan santri, abangan, dan priyayi dalam pemilihan presiden tidak penting. Baik yang santri, abangan, maupun priyayi di kalangan Muslim Jawa sama-sama dominan memilih Ganjar Pranowo.
“Ada memang warga yang menganggap dirinya santri, abangan, dan priyayi. Tapi itu tidak punya efek berarti dalam perilaku memilih di pemilihan presiden,” pungkasnya.
Studi mutakhir yang dilakukan oleh
Saiful Mujani ini menunjukkan bahwa pada masyarakat Muslim beretnis Jawa, kelompok warga yang mengidentifikasi dirinya sebagai santri semakin dominan.
Namun santrinisasi kultural dan sosial tersebut tidak muncul dalam bentuk santrinisasi politik. Dalam pemilihan presiden, mayoritas atau 60 persen warga Muslim Jawa yang mengaku santri memilih kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Ganjar Pranowo.
Guru besar ilmu politik Universitas Islam Negeri tersebut menjelaskan bahwa tipologi priyayi, santri, dan abangan adalah konsep antropologis. Itu merupakan hasil penafsiran Clifford Geertz terhadap gejala keagamaan Muslim di Jawa.
Penjelasan itu, didasari Saiful bahwa ada keyakinan dari para ilmuan bahwa tahun 50-an yang dominan justru adalah kelompok abangan. Walaupun tidak ada survei ketika itu, namun ada semacam keyakinan bahwa saat itu, kelompok abangan lebih besar dari santri.
“Buktinya adalah bahwa di dalam Pemilu 1955, pemenangnya adalah Partai Nasionalis Indonesia (PNI). Di Jawa, partai yang dominan ketika itu adalah PNI dan Partai Komunis Indonesia (PKI). Sementara partai Islam Masyumi, dominan di luar Jawa, terutama di Sumatera,” jelasnya.
Dalam konteks itu, SMRC memiliki survei pada Maret 2023 yang fokus pada warga muslim yang beretnis Jawa di seluruh Indonesia. Ada 52,4 persen yang mengaku santri, 22,3 persen abangan, dan 1,4 persen priyayi. Ada 23,9 persen yang tidak menjawab. Saiful menjelaskan bahwa warga Indonesia yang beretnis Jawa sekitar 40 persen dari total populasi dan mayoritasnya adalah Muslim.
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)