Untuk itulah umat Islam berlomba-lomba mengejar pahala di malam Lailatul Qadar. Mantan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu mengatakan Allah tidak memberitahu Lailatul Qadar jatuh di hari keberapa Ramadan. Tujuannya supaya umat Islam beribadah terus sepanjang Ramadan
RUANGPOLITIK.COM —Malam Lailatul Qadar selalu diburu umat Islam. Sebab, salah satu kebaikan di malam Lailatul Qadar, amal pahala dilipatgandakan seperti beribadah seribu bulan.
Keistimewaan malam Lailatul Qadar menjadi salah satu topik tausiah Wakil Presiden Ma’ruf Amin di Masjid Agung Baiturrahim Kota Gorontalo pada Kamis malam (13/4/2023).
Di depan ratusan jemaah, selepas salat Isya berjamaah, Ma’ruf menyampaikan keistimewaan malam Lailatul Qadar adalah lebih baik dari seribu bulan. “Satu ibadah kalau diterima Allah, nilainya lebih dari 83 tahun empat bulan. Umurnya saja belum tentu sampai,” kata Ma’ruf.
Untuk itulah umat Islam berlomba-lomba mengejar pahala di malam Lailatul Qadar. Mantan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu mengatakan Allah tidak memberitahu Lailatul Qadar jatuh di hari keberapa Ramadan. Tujuannya supaya umat Islam beribadah terus sepanjang Ramadan.
“Supaya kita mengejar terus, malam Lailatul Qadar disamarkan,” jelasnya. Banyak yang berpandangan malam Lailatul Qadar jatuh pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan.
Pada kesempatan itu Ma’ruf juga menyampaikan pada malam Lailatul Qadar, malaikat turun dari langit memadati bumi. Malaikat turun untuk menikmati apa yang tidak pernah mereka temui di langit. Apa saja itu?
“Pertama adalah melihat orang yang mampu dan bersedekah,” jelas Ma’ruf. Dia mengatakan di langit tidak ada yang bersedekah. Isinya hanya malaikat yang selalu membaca tasbih.
Fenomena lain yang sangat disukai malaikat adalah orang yang menangisi dosanya.Ma’ruf menekankan suara orang yang menangisi dosanya, lebih disukai Allah ketimbang suara orang bertasbih. Lebih-lebih di bulan Puasa.
“Di langit tidak ada yang menangis. Semua bertasbih,” pungkasnya.
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)