Untuk itu, Dwi menyarankan agar pemerintah, yakni Bapanas melakukan survei stok beras per bulan, sehingga pemerintah memiliki data valid terbaik stok beras nasional yang dimiliki saat ini
RUANGPOLITIK.COM —Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Dwi Andreas Santosa mengatakan tidak tepat keputusan Badan Pangan Nasional (Bapanas) yang menugaskan Perusahaan Umum Bulog untuk mengimpor beras sebanyak 2 juta ton pada tahun ini.
Hal ini karena keputusan tersebut diambil pada saat petani sedang melakukan panen raya.
“Jadi keputusan impor saat ini menurut kami tidak tepat,” ucapnya pada acara Obrolan Malam Episode 89 bertajuk; “Impor Beras Saat Ramadan, Demi Stok Aman?” yang disiarkan BTV, Senin (27/3/2023).
Menurut Dwi, keputusan impor beras sebaiknya dilakukan pada Agustus . Adapun pertimbangannya karena berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) produksi beras nasional pada 2023 relatif bagus.
Untuk itu, Dwi menyarankan agar pemerintah, yakni Bapanas melakukan survei stok beras per bulan, sehingga pemerintah memiliki data valid terbaik stok beras nasional yang dimiliki saat ini.
“Jadi survei stok bulanan ini harus dilakukan untuk mendapatkan data yang valid berapa sesungguhnya stok yang kita pegang, yang dipegang oleh petani, pedagang, pemerintah dan konsumen,” ucapnya.
Dwi menjelaskan ketika pemerintah memiliki data stok beras, keputusan impor ataupun tidak bisa dilakukan dengan tepat. Menurutnya, keputusan impor dua juta ton beras saat ini dilakukan pada puncak panen raya tentu mendapatkan pertanyaan besar dari semua kalangan.
“Bagi seluruh petani tidak setuju dengan keputusan ini. Karena apa, saat ini padi itu masih berlimpah,” ucapnya.
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)