RUANGPOLITIK.COM — Partai Gerindra merasa kecewa dan geram karena dalam hasil survei terbaru Indonesia Political Opinion (IPO) menempatkan Prabowo Subianto diurutan ketiga, setelah nama Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan.
Hal ini memantik rasa panas dari Gerindra, padahal status Prabowo sebagai Menhan memiliki track record yang bagus, tak hanya itu nama besar Prabowo sangat populer ditengah masyarakat karena sudah pernah menjadi kandidat capres terkuat.
Menurut Direktur Eksekutif IPO Dr Dedi Kurnia Syah, saat dihubungi RuPol, Minggu (12/3/2023) rasa kesal Gerindra sementara, sedang hasil survei memberi gambaran umum yang bisa menjadi tolak ukur elektabilitas Prabowo.
“Kekesalan mereka hanya ekspresi sementara, mengingat di Gerindra banyak intelektual yang memahami koridor survei, hasil survei bukan kepastian melainkan hanya sebatas gambaran umum berbatasan waktu,” jelasnya kepada RuPol, Minggu (12/3/2023).
Dedi juga menepis anggapan jika Prabowo tak pernah unggul di survei IPO dan menganggap bahwa riset tak berpihak kepada capres Gerindra ini.
“Pada periode sebelumnya, IPO pernah mendapatkan hasil Prabowo unggul, tetapi memang situasi terus berubah. Di beberapa survei lembaga lain sebenarnya banyak yang hasilkan Prabowo tidak memuncak Elektabilitas, tetapi tetap masuk 3 besar,” ujar Dedi.
Namun Dedi menjelaskan jika elektabilitas Prabowo bukan turun, melainkan ada grafik naik dari kandidat lain mengingat keduanya merupakan nama baru yang akan bertarung di Pilpres 2024.
“Pada dasarnya Elektabilitas Prabowo tidak turun, tetapi rivalitas lainnya yang alami peningkatan. Prabowo pasca Pilpres 2019 memang terkesan konsisten turun, tetapi seturunnya Prabowo tetap saja yang tertinggi di Gerindra, dan ia menjadi satu-satunya yang paling mungkin diusung dibanding lainnya,” jelas Dedi mengklarifikasi.
Tak hanya itu, ia menilai ada kelelahan publik mengingat Prabowo sudah terlalu sering ikut kompetisi namun tak pernah menang. Sehingga tren kontestasi di pilpres inipun akan mengalami perubahan mengingat tokoh baru yang dianggap publik lebih menarik.
“Ada kelelahan publik dalam memilih Prabowo, termasuk terjadinya anti klimaks atas kontestasi yang ia ikuti di 2019. Sementara 2024, Prabowo potensi kehilangan momentum seiring tren kontestasi mengarah pada tokoh lebih baru, semisal Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo, bahkan AHY sekalipun meskipun belum masuk 3 besar sudah terlihat peningkatan konsisten,” tegasnya.
Dalam survei yang keluar tersebut Prabowo Subianto capres dari partai Gerindra kalah dari dua pesaing lainnya yakni Ganjar danAnies. Hal ini dikritisi politisi Gerindra bahwa dalam
hasil survei lain elektabilitas Prabowo selalu unggul.
“Kayaknya ini satu-satu survei yang hasilnya begitu. Kalau rata-rata survei sejauh ini Pak Prabowo selalu unggul. Namun demikian survei lembaga apapun tetap jadi masukan bagi kami,” kata Waketum Gerindra, Habiburokhman kepada wartawan, Sabtu (11/3/2023).
Menurutnya selama ini hasil survei Prabowo yang unggul tak lepas dari kinerja Menteri Pertahanan tersebut. Selain itu kata Habiburokhman, Prabowo dinilai sebagai sosok pemersatu bangsa.
“Tingginya hasil survei Pak Prabowo tak terlepas dari kinerja beliau yang luar biasa sebagai Menhan. Selain itu, Pak Prabowo dipandang publik sebagai sosok pemersatu bangsa. Kita tahu bahwa rakyat trauma dengan perpecahan yang antagonistik seperti pemilu sebelumnya,” ujarnya. (IY)
Editor: Ivo Yasmiati
(RuPol)