Aksi yang digelar siang hari itu merupakan lanjutan dari aksi sebelumnya yang digelar sekira dua minggu lalu di lokasi yang sama
RUANGPOLITIK.COM—Suporter Arema FC atau Aremania menggelar aksi unjuk rasa yang diinisiasi kelompok Arek Malang Bersikap pada Minggu, 29 Januari 2023 imbas dari tragedi Kanjuruhan, 1 Oktober 2022 lalu.
Unjuk rasa yang digelar di Kantor Arema FC di Jalan Mayjen Panjaitan Nomor 42, Kecamatan Klojen, Kota Malang berakhir ricuh.
Aksi yang digelar siang hari itu merupakan lanjutan dari aksi sebelumnya yang digelar sekira dua minggu lalu di lokasi yang sama. Mereka menyuarakan kekecewaan terhadap manajemen Arema FC yang dinilai lamban dalam pengusutan kasus tragedi Kanjuruhan.
Massa aksi yang mengenakan pakaian serba hitam tersebut melayangkan tiga tuntutan untuk manajemen Arema FC dan Komisaris PT Arema Aremania Bersatu Berprestasi Indonesia (PT AABBI).
Pertama, mereka menuntut PT AABBI selaku klub yang amoral untuk mundur dari Liga 1. Kedua, massa aksi menolak segala aktivitas PT AABBI sebagai salah satu pihak yang terlibat dalam tragedi Kanjuruhan di seluruh wilayah Malang Raya. Ketiga, meminta PT AABBI sebagai subjek hukum (korporasi) untuk ikut berpartisipasi aktif dalam upaya usut tuntas Tragedi Kanjuruhan Serta kooperatif dalam proses hukum yang berjalan.
Selain itu, massa aksi menyampaikan permintaan maaf kepada berbagai pihak. Salah satu orator aksi, Syahdan berdiri di atas mobil berwarna biru menyampaikan permohonan maaf sembari diikuti oleh peserta aksi.
Dalam surat permohonan maaf tersebut, pihak Aremania menyebutkan sejumlah pihak. Mulai dari para suporter bola di seluruh Indonesia, Persebaya, hingga korban Tragedi Kanjuruhan. Berikut ini enam permintaan maaf Aremania yang dibacakan selama unjuk rasa.
Pertama, Aremania meminta maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia atas ketidaknyamanannya menikmati hiburan sepak bola Indonesia. Kedua, arek Malang memohon maaf kepada seluruh warga malang raya karena telah tercoreng martabatnya atas tindakan nirempati Arema FC, juga aparat dalam Tragedi Kanjuruhan.
Ketiga, Aremania memohon maaf pada tim, manajemen Persebaya, dan Bonek yang dirugikan atas tindakan intimidatif saat kericuhan 1 Oktober 2022 lalu. Keempat. memohon maaf kepada seluruh klub sepak bola yang berlaga di Liga 1,2 maupun 3 karena terganggu kegiatannya dalam dunia persepakbolaan Indonesia, imbas tragedi Kanjuruhan.
Kelima, Aremania memohon maaf kepada para suporter sepak bola di seluruh Indonesia, karena pascatragedi Kanjuruhan, tidak bisa mendukung klub sepak bola kebanggannya. Dan keenam, meminta maaf kepada korban tragedi Kanjuruhan baik korban yang meninggal dan selamat, karena belum maksimal memberikan dukungan.
Akan tetapi, aksi yang awalnya berjalan kondusif itu diwarnai kericuhan yang bermula dari adanya ketegangan massa aksi dengan pihak penjaga kantor Arema FC. Massa melempari batu ke arah kantor hingga mengalami kerusakan cukup parah.
Kapolresta Malang Kombes Pol. Budi Hermanto mengatakan terdapat tiga orang korban luka imbas kericuhan tersebut. Tiga orang yang mengalami luka-luka tersebut adalah satu orang warga sekitar dan dua lainnya dari pihak Arema FC.
Menurut dia, aksi demo tersebut sudah diketahui jajarannya. Namun, demo berlangsung ricuh dan tidak seperti pada saat aksi yang digelar sebelumnya.
“Sudah kita lakukan pendekatan seperti yang beberapa waktu lalu. Aksi hanya menempelkan stiker di Kantor Arema FC. Kami menyayangkan peristiwa ini,” ujar Budi.
Dia memastikan jajarannya akan menangkap pelaku penyebab kericuhan tersebut. Polresta Malang sudah menggelar olah TKP dan mencatat kerusakan yang dialami kantor manajemen Arema FC.
“Kami akan melakukan penangkapan upaya paksa terhadap pelaku yang melakukan tindakan kekerasan perusakan yang ada di wilayah Kota Malang,” kata Budi Hermanto.
Sementara itu, manajemen Arema FC melalui komisarisnya, Tatang Dwi Arifianto menyayangkan aksi unjuk rasa berakhir ricuh. Sebab sejatinya perihal tuntutan tersebut bisa dibicarakan dengan kepala dingin.
“Manajemen selalu terbuka untuk berdialog, selalu membuka diri, bahkan kami juga menerima keluh kesah Aremania, (tapi) bukan dengan cara perusakan rumah kami,” kata Tatang, dalam keterangan yang diterima di Kota Malang, Jawa Timur, Minggu, 29 Januari 2023.
Dia menyebut kantor Arema FC begitu krusial bagi keberlangsungan tim, karena bukan hanya operasional tim, kantor juga merupakan pusat koordinasi Arema FC dengan berbagai pihak demi perbaikan tim.
Atas kericuhan dan perusakan kantor, manajemen menyerahkan penuh proses hukum kepada pihak berwajib, dalam hal ini Polresta Malang Kota.
“Bagi oknum pelaku yang melakukan perusakan dan anarkisme agar tidak timbul fitnah untuk bisa diungkap. Anarkisme dan perusakan bukan karakternya Arema. Hal-hal terkait Arema kita tempuh bersama melalui jalur musyawarah, berdialog untuk mencapai mufakat,” tandas Tatang.
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)