Khofifah tetap cawapres yang potensial baik berpasangan dengan Anies maupun berpasangan dengan Ganjar.
RUANGPOLITIK.COM — Dua nama yang paling mengemuka akhir-akhir ini untuk cawapres Anies Baswedan di Pilpres 2024 adalah Khofifah Indar Parawansa dan Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Gubernur Jawa Timur Khofifah dinilai memiliki kans didukung partai politik penyokong Anies. Menurut Pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago Khofifah merupakan sosok yang cukup berpengaruh di masyarakat Jawa Timur. Dia cukup mengakar di akar rumput dengan posisinya selain Gubernur Jawa Timur juga sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat Nahdatul Ulama (NU).
“Khofifah tetap cawapres yang potensial baik berpasangan dengan Anies maupun berpasangan dengan Ganjar. Dia punya basis grassroot (akar rumput) yang cukup mengakar di Jawa Timur, beliau Muslimat NU,” kata Pangi, Rabu (24/1/2023).
Dia menuturkan, bagaimanapun provinsi Jawa Timur tetap menjadi battle ground, wilayah pertempuran yang diperebutkan capres maupun cawapres. Dan Khofifah masih mendapatkan tempat di hati masyarakat Jawa Timur.
Menurutnya, penentu kemenangan Pilpres tetap pulau Jawa adalah kunci. Menguasai dan memenangkan suara di Jawa berarti memenangkan Indonesia. Pasalnya kalau dilihat daftar pemilih tetap (DPT) Jawa Timur pada 2019, jumlahnya hampir 40 juta suara.
Dari berbagai survei, Anies sudah cukup kuat di DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat. Tetapi basisnya masih lemah di wilayah Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur. Sementara, kata Pangi, alasan memilih cawapres selain modal elektabilitas, modal logistik dan modal partai, modal basis representasi wilayah perlu dipertimbangkan. “Khofifah menarik untuk digandeng karena alasan beliau punya wilayah terbesar di Jawa, yakni Jawa Timur,” tuturnya.
Pangi tak memungkiri, secara nasional duet Anies Baswedan dan Agus Harimurti Yudhoyono (Anies-AHY) cukup kuat, namun di akar rumput Ganjar Pranowo masih unggul. Maka untuk memecah suara di Jawa Timur, cuma figur Khofifah yang bisa melakukannya.
Misalnya kalau dihadapkan dua capres, apakah memilih Ganjar atau Anies, ada kemungkinan Ganjar lebih unggul di Jawa Timur. “Namun kalau Khofifah menjadi cawapres Anies, justru mereka bisa beralih mendukung Anies, karena ada faktor Khofifah nya,” terang dia.
Lain halnya, pengamat politik Dedi Kurnia Syah berpandangan Khofifah bukan pilihan yang tepat untuk mendampingi Anies di Pilpres 2024. Meski mantan Menteri Sosial itu memiliki basis di kalangan nahdliyin karena posisinya sebagai ketua umum Muslimat NU, dinilai tak cukup kuat.
Sebab, Khofifah cenderung cuma dikenal Muslimat NU wilayah Jatim. “Sementara AHY, basisnya jauh lebih luas dari Khofifah. Ini yang membuat perbandingan AHY dengan Khofifah terasa jauh berbeda. AHY jelas lebih tepat di pilih,” ujar Dedi.
Bahkan, kata dia, Khofifah pada pemilihan gubernur Jawa Timur hampir kalah, karena tidak dominan menghadapi Syaifullah Yusuf sebagai rivalnya ketika itu. “AHY juga miliki basis suara di Jatim. Atas nama Ibas dan SBY, Jatim menjadi basis suara AHY dan bisa saja tidak jauh berbeda dengan Khofifah,” katanya.
Waketum NasDem Ahmad Ali berujar, Khofifah Indar Parawansa tengah diperhitungkan sebagai bakal capres dari partainya. Jika cocok, Gubernur Jatim itu nantinya bisa saja mendampingi Anies Baswedan di Pemilu 2024.
Pertimbangan Khofifah sebagai cawapres tidak terlepas dari pengaruhnya di Jawa Timur. Khofifah merupakan Gubernur Jawa Timur, salah satu provinsi yang suaranya akan diperhitungkan dalam Pilpres 2024. “Jadi Ibu Khofifah menjadi salah satu figur yang orang perhitungkan pastilah. Sebagai gubernur Jawa Timur pasti punya basis massa tapi sekali lagi,” ujar Ali pada Selasa (24/1) kemarin.
Tetapi NasDem enggan terjebak untuk membicarakan perihal figur. Apalagi jika Khofifah kemudian dicocokkan dengan Anies Baswedan selaku bakal capres NasDem. “Nasdem tidak akan bicara tentang siapa orang yang pas untuk mendampingi Mas Anies, tapi lebih bicara kriteria yang pas untuk kita pasangkan dengan Anies. Karena dari situ bisa kita dapatkan untuk kebutuhan Mas Anies sebagai capres,” ujar Ali.
Sebelumnya, Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) NasDem Jawa Timur menyokong Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa maju untuk mendampingi Anies Baswedan dalam ajang kontestasi Pilpres 2024.
Nama Khofifah disorong Ketua DPW NasDem Jatim Sri Sajekti Sudjunadi. Menurutnya, Khofifah layak mendampingi Anies karena memiliki pengalaman yang tergolong komplit. “Ibu Khofifah ini harus melanjutkan perjuangan beliau di tingkat nasional. Tapi di posisi yang berbeda. Beliau sudah pernah menjadi menteri, juga pernah menjadi anggota DPR RI. Tetapi mengatur secara keseluruhan. Mendampingi Anies menjadi wakil presiden,” katanya beberapa waktu lalu.
Di matanya, tujuan Anies dan Khofifah itu sama. Jika mantan Gubernur DKI Jakarta itu mempunyai keinginan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh anak negeri, tujuan itu sejalan dengan capaian Khofifah ketika menjadi Menteri Sosial RI. “Beliau (Khofifah) berhasil membuat kebijakan dalam mewujudkan keadilan sosial itu. Saya rasa, mereka bisa saling melengkapi. Dulu, di masa Presiden Gus Dur (Abdurrahman Wahid), Khofifah juga pernah menjabat sebagai kepala BKKBN RI,” ucapnya.
Meski begitu, ia mengemukakan, tidak mau banyak berkomentar tentang hal tersebut. Menurutnya penentuannya ada di pengurus pusat partai dan keputusan Anies Baswedan beserta partai yang berkoalisi dengan Nasdem nanti. “Walau saya berharap, beliau melanjutkan kepemimpinannya ke ranah yang semakin besar. Yakni wakil presiden. Namun, jika masih tetap di Jatim, kami akan kembali mengusung Khofifah,” katanya.
Sebelumnya, Ketua DPP Partai Nasdem Effendy Choirie alias Gus Choi, mengungkapkan adanya pertimbangan dari pihaknya dalam memilih cawapres untuk ditandemkan bersama Anies.
Sementara itu di kalangan NU, ia mengemukakan, aspirasi dari partai berjargon restorasi, mulai tingkat bawah hingga atas, memunculkan nama cawapres dari kalangan tokoh NU. “Kalau obrolan-obrolan di pengurus NasDem, level-level bawah, level menengah, sampai level atas ya intinya antara lain ya dari lingkungan NU. Nah kader-kader NU itu ya, yang masih netral belum berpolitik praktis,” ujarnya kepada wartawan pada Kamis (12/1).
Ia mengemukakan, hingga sejauh ini nama tokoh NU yang disebutkan Gus Choi ada beberapa nama seperti Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen, hingga Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid. Meski begitu, nama-nama tersebut belum diajukan ke Anies Baswedan. “Belum (diusulkan ke Anies), tapi nama-nama yang mungkin pantas untuk dipertimbangkan untuk jadi cawapres Anies dari kalangan NU,” ujar Gus Choi.
Gus Choi pun mengemukakan, sebenarnya sosok cawapres untuk Anies masih dibahas bersama dengan ‘calon kawan’ NasDem di Koalisi Perubahan, yakni Demokrat dan PKS.
Salah satu kriteria yang masih tarik ulur, yakni sosok yang diajukan untuk Anies harus mampu menutup kelemahan mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut. “Semua usulan kan harus ditampung, dibicarakan bersama, dan ujungnya adalah siapapun harus diterima asal memang cawapresnya itu bisa mendongkrak suara, bisa memenuhi kelemahan Mas Anies. Sehingga kelemahan bisa diisi, kekurangan bisa dilengkapi,” ujar Gus Choi.
Diakuinya sebelum membahas lebih lanjut soal cawapres untuk Anies, Demokrat dan PKS akan mendeklarasikan rencana Koalisi Perubahan dan Anies sendiri-sendiri terlebih dahulu.(Syf)
Editor: Syafri Ario
(Rupol)