RUANGPOLITIK.COM— Wakil Ketua Umum Partai Golongkan Karya (Golkar) Nurul Arifin menegaskan partainya akan mengusung Ketum Airlangga Hartarto sebagai calon presiden (capres) dalam Pilpres mendatang. Meskipun berdasarkan hasil survei Airlangga tidak masuk dalam kategori kandidat populer.
Nurul juga menyinggung soal popularitas di lembaga survei yang menjadi rujukan kandidat capres yang dianggapnya kurang mewakili secara keseluruhan situasi politik dan kredibilitas atau kapabilitas nama-nama tersebut.
“Pertama saya mengkoreksi mengenai banyak calon presiden (capres) dari Golkar. Calon presiden dari Golkar cuma satu yaitu Airlangga Hartarto. Jadi sesuai dengan keputusan munas kita konsisten mengusung Airlangga Hartarto juga kami tidak geming. Saya juga sedikit bingung kalau ada orang yang terpukau dengan popularitas sementara kapabilitas dan kompetensinya tidak dilihat,” kata Nurul kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (14/1/2023).
Bagi Nurul, survei bukan menjadi alat ukur untuk memilih capres melainkan sebagai bahan evaluasi. Menurutnya survei bisa saja hasil pesanan.
“Survei buat saya bukan satu satunya alat untuk memutuskan tapi itu juga jadi bahan evaluasi dan seterusnya. Jadi biarkan saja seperti saya bilang bahwa survei itu bukan menjadi sesuatu yang original, mungkin engine, mungkin dipesan, kita lihat semua lembaga survei sama,” ujarnya.
Nurul lantas menyinggung kinerja Airlangga. Meskipun belum sempurna, Nurul mengatakan Golkar ingin hadirkan capres yang bisa menjawab persoalan dan memberikan solusi terbaik.
“Nah kalau saya melihat dari sekian banyak calon-calon itu yang jelas ketua umum kami tanpa bersifat subjektif tapi kita lihat dan analisa bersama mau berbesar hati. Kita pereteli apa saja hasil kerjanya dan plus minusnya di mana. Memang tidak ada yang sempurna, kita ingin yang terbaik bisa menyelesaikan persoalan dan bisa menjawab persoalan dengan solusi terbaik,” imbuhnya.
“Justru ini menjadi imbauan saya juga, salah satunya bahwa jangan selalu terpesona terhadap fisik ataupun pada sesuatu yang populer. Karena popularitas itu juga kita tidak tahu alami ataukah itu engine. Itu kita pertanyakan. Kita tidak tau media bermain, orang bermain, semuanya sehingga membentuk kapitalisasi dan eforia yang sama,” jelasnya.
Editor: Ivo Yasmiati
(RuPol)