RUANGPOLITIK.COM— Arema FC pasca Tragedi Kanjuruhan menghadapi banyak ujian, mulai jalani keputusan Komisi Disiplin PSSI utk bermain tanpa penonton di radius 250 km diluar Malang sampai akhir kompetisi, denda 250 juta. Efek hukum juga dirasakan Arema FC, menghadapi gugatan pidana dan perdata.
“Kita hampir 80 persen karyawan dan pimpinan di Arema FC proaktif memberikan keterangan agar proses hukum berjalan obyektif. Kita sama juga berjuang mencari keadilan,” imbuh Komisaris Arema FC, Tatang Dwi Arfianto menanggapi mundurnya Iwan Budianto.
Wakil Ketua Umum (Waketum) PSSI, Iwan Budianto mengumumkan diri untuk mundur dari jabatannya di Federasi Sepakbola Indonesia tersebut. Iwan Budianto mundur sebagai tanda pertanggungjawaban moral atas Tragedi Kanjuruhan dan ia pun memastikan diri tidak akan mencalonkan diri sebagai Exco PSSI periode 2023-2027.
Ya, pria yang akrab disapa IB itu merasa perlu ada rasa tanggung jawab moral usai adanya Tragedi Kanjuruhan yang merenggut 135 korban jiwa. Untuk itulah ia memilih tak lagi menjabat sebagai Waketum PSSI.
“Rasanya tidak elok dan tidak etis jika saya kembali duduk di Exco PSSI. Itu sebabnya saya tidak mau mencalonkan dan tidak bersedia dicalonkan,” ucap Iwan Budianto dikutip dari rilis resmi Arema FC, Minggu (15/1/2023).
Iwan Budianto pasca Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022 lalu tidak tinggal diam. Sebagai direksi Arema FC, hatinya terpanggil untuk meringankan beban korban meninggal dan korban luka dengan secara langsung menginstruksikan kelangsungan Crisis Center dengan membentuk tim untuk memberikan bantuan dan pendataan secara detail baik yang berada di wilayah Malang maupun luar Malang.
Terlepas dari keputusannya tersebut, Iwan Budianto memiliki harapan besar kepada siapapun yang menjabat di pengurusan PSSI kedepan bisa menjalankan amanah untuk perbaikan sepak bola kedepan.
“Siapapun yang terpilih menjadi ketua umum, wakil ketua umum, dan Exco PSSI 2023- 2027 bisa menjalankan amanah yang telah diberikan oleh pemilik suara,” sambung Iwan Budianto.
Pasca mundur, IB akan kembali ke barak Arema FC. IB akan fokus memimpin langsung pemulihan tim Singo Edan yang kondisinya memprihatinkan.
Prioritas, IB akan menjalin komunikasi dengan para keluarga korban, Aremania dan stakeholder sepakbola di Malang Raya untuk membicarakan masa depan Arema FC.
“Kami tiada henti untuk meminta maaf, dan kami ingin bangkit bersama untuk menyembuhkan luka yang kita rasakan. Kami memaklumi dan memahami apapun respon yang ditujukan kepada kami. Namun terimalah kami berikhtiar untuk berbenah dan meraih harapan baru agar lebih baik dan pulih,” ujar IB.
Tatang menambahkan pihaknya menyambut baik, kembalinya Iwan Budianto dan harapannya tetap melanjutkan program tanggap darurat membantu para keluarga korban pasca 100 hari Tragedi Kanjuruhan.
“Program lanjutan crisis center perlu, sebelumnya klub telah memberi total bantuan sebesar 35 juta untuk masing masing korban meninggal total 135 korban, 24 korban luka berat dan sekitar 160 luka ringan,” paparnya.
Tatang menambahkan terkait dinamika tuntutan Aremania, pihaknya akan mengajak komunikasi agar ditemukan solusi. “Arema FC akan proaktif menjalani program pemulihan jangka panjang maupun jangka pendek yang ditampung dari saran masukan Aremania serta stake holder Malang Raya,” ujarnya.
Diakui Tatang, secara psikis pengelolaan serta bisnis , Arema FC mengalami dampak yang memprihatinkan, mulai renegoisasi sponsor sampai penataan benefitnya, sebab butuh pembiayaan yang tinggi dikarenakan Singo Edan harus berpindah home base dan berhentinya kompetisi.
“Kita akui kita terpuruk dan prihatin. Namun, banyak pesan dan motivasi datang dari banyak pihak, juga dari para keluarga korban, Arema FC harus mampu lewati ujian ini dan harus tetap menjaga tetap ada,” pungkasnya.
Editor: Ivo Yasmiati
(RuPol)