RUANGPOLITIK.COM — Unggahan foto dengan rambut hitam Ganjar Pranowo di akun instagram pribadinya, dinilai meremehkan dukungan Presiden Jokowi kepada dirinya. Gubernur Jawa Tengah itu, tampil dengan rambut hitam, tepat sehari setelah Jokowi menyebut pemimpin berambut putih memikirkan rakyat.
Pengamat Politik Efriza menilai aksi Ganjar itu terkesan tidak menghargai pendapat Jokowi, apalagi tidak ada alasan yang jelas dibalik aksinya itu.
“Soal pernyataan atau kode Jokowi itu, semua sudah pada tahu arahnya ke Ganjar. Harusnya berterima kasih, ini malah mengunggah foto (rambut hitam). Itu kan seperti meremehkan pendapat Jokowi,” ujar Efriza melalui keterangan tertulisnya kepada RuPol, Minggu (27/11/2022).
Pengajar Ilmu Politik dan Pemerintahan di berbagai perguruan tinggi itu, mengaku bingung dan merasa aneh dengan gaya Ganjar tersebut. Katanya, jika memang Ganjar merasa risih dengan dukungan Jokowi, harusnya diam saja bukan membuat sensasi lagi.
“Aneh kan? Sudah diendorse, malah bikin sensasi yang aneh. Memang ada yang berpendapat, sikap Ganjar itu karena menghargai PDIP dan Puan, tapi kan bukan dia yang bicara. Jokowi yang mengeluarkan pernyataan ‘Rambut Putih’ itu. Berarti dia tidak menghargai Jokowi,” sambungnya.
Senada dengan Efriza, Direktur Eksekutif Center for Strategic on Islamic and International Studies (CSIIS) Sholeh Basyari, juga mengkritik sikap Ganjar tersebut. Katanya, Ganjar tidak mampu menghadirkan gaya komunikasi yang cerdas dan elegan.
“Agak norak menurut saya. Tidak ada makna dan hampa narasi. Gaya komunikasi GP (Ganjar Pranowo) tidak memperlihatkan layak sebagai pemimpin bangsa,” ujarnya melalui pesan tertulis kepada RuPol, Minggu )27/11/2022).
Pernyataan Jokowi yang menyebutkan pemimpin dengan muka keriput dan ‘Rambut Putih’ karena memikirkan rakyat, kata Sholeh sepertinya memang tidak cocok untuk Ganjar. Karena selama ini, belum ada narasi dan ide tentang bangsa ke depan dari Ganjar, yang layak untuk dibahas oleh akademisi dan politisi.
“Sebagai salah satu nama yang mengapung sebagai Capres 2024, gaya komunikasi, narasi dan ide Ganjar masih level bupati/walikota. Belum ada keluar sebuah ide dan narasi besar tentang bangsa. Ini menyedihkan, apalagi elektabilitasnya termasuk yang paling tinggi,” papar Aktivis NU tersebut.
Lanjut Sholeh, sangat disayangkan jika pada pilpres mendatang, masyarakat hanya disuguhi aksi-aksi penuh sensasi tapi tanpa isi.
“Kta butuh presiden yang cerdas dan berpikiran luas. Indonesia negara besar dan memiliki pengaruh di dunia internasional, harus dipimpin oleh presiden yang juga berwawasan Go-Internasional,” pungkasnya. (ASY)
Editor: Ivo Yasmiati