Ada 286.197 kasus yang tercatat sejak virus ini kali pertama dikenali di Wuhan pada Desember 2019, namun hanya 5.227 kematian yang dilaporkan
RUANGPOLITIK.COM —Komisi Kesehatan Nasional China menyatakan pada hari Minggu kemarin bahwa seorang pria berusia 87 tahun dari Beijing telah meninggal karena virus corona (Covid-19).
Ini adalah kasus kematian pertama akibat Covid-19 di negara itu dalam hampir setengah tahun di tengah aturan penguncian (lockdown) yang ketat, seperti yang terbaru sebelum dilaporkan di Shanghai pada Mei lalu.
Pada hari Minggu kemarin, China mengumumkan 24.215 kasus baru Covid-19 telah terdeteksi dalam 24 jam sebelumnya, mayoritas tanpa gejala.
Ada 286.197 kasus yang tercatat sejak virus ini kali pertama dikenali di Wuhan pada Desember 2019, namun hanya 5.227 kematian yang dilaporkan.
Dikutip RuPol dari laman Russia Today, Senin (21/11/2022), beberapa orang di negara Barat mempertanyakan angka yang dilaporkan China, mencatat bahwa wabah baru-baru ini di Shanghai yang berlangsung selama dua bulan dan menginfeksi ratusan ribu orang, secara resmi hanya menyebabkan sekitar 20-an kematian.
Pasien yang meninggal dengan kondisi kesehatan serius seperti diabetes dan penyakit jantung, namun dinyatakan positif terinfeksi Covid-19 sebelum meninggal tidak dihitung sebagai kematian akibat Covid-19, tidak seperti di Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
Namun, praktik menghitung setiap kematian yang dites positif untuk virus sebagai kasus Covid-19 itu sendiri sangat kontroversial, dengan beberapa ahli berpendapat itu tidak lebih dari ‘melebih-lebihkan atau menakut-nakuti’.
Kebijakan ‘nol-Covid’ China telah menempatkan pembatasan yang parah pada pergerakan di dalam negeri, memberlakukan sistem penguncian, karantina, pelacakan kontak (tracing), dan pengujian massal ke tingkat yang tidak terlihat selama hari-hari awal pandemi.
Penduduk Beijing pun dilarang bepergian antar distrik kota, sementara banyak bisnis ditutup dan pembelajaran jarak jauh dilanjutkan untuk anak-anak.
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)