RUANGPOLITIK.COM — Koalisi Perubahan tengah diguncang prahara lumayan kuat, menyusul batalnya deklarasi pada 10 November lalu, sampai riak-riak internal yang belum mencapai kata sepakat. Isu bandarpun bergulir termasuk, adanya pihak ‘oligarki’ yang mencoba untuk menggoyahkan koalisi ini.
Terdiri dari tiga partai besar yang bergabung dalam satu perahu yakni NasDem, Demokrat dan PKS dianggap akan membuat koalisi ini akan sarat dengan kepentingan. Terutama tekanan sebelumnya dari PKS soal harus ‘Aher’ sebagai cawapres. Dan Demokrat harus ‘AHY’ sebagai harga mati.
Pertemuan Anies-Gibran di Solo kian membuat kubu koalisi ini kian memanas. Sehingga saling sentil argumen mulai naik ke permukaan, menganggap pertemuan itu menjadi blunder bagi PKS dan Demokrat.
Demokrat Protes NasDem, Singgung Gibran
Perseteruan ini bermula ketika Ketua Bappilu Partai Demokrat Andi Arief menyoroti pernyataan Wakil Ketua Umum NasDem Ahmad Ali soal Gibran Rakabuming berpeluang mendampingi Anies. Andi Arief, lewat cuitannya yang dibagikan kepada wartawan, Kamis (17/11/2022), meminta agar NasDem berhenti menawarkan siapapun untuk jadi pendamping Anies Baswedan.
“Sebaiknya konsentrasi saja pada apa yang sudah dibicarakan di koalisi. Bulatkan saja tekad, bahwa NasDem bergabung bersama PKS dan Demokrat memilih di jalur perubahan. Jangan setiap bertemu figur di luar PKS dan Demokrat, NasDem menawarkan sana-sini,” kata Andi Arief.
Andi Arief juga meminta NasDem untuk disiplin. Dia mengingatkan persoalan cawapres sudah diserahkan kepada Anies.
“PKS dan Demokrat disiplin dalam koalisi. Harusnya NasDem juga demikian. Bukankah sudah diserahkan pada Anies memilih cawapres,” ucap Andi Arief.
NasDem Kritik Demokrat
Tak terima dengan tudingan Andi Arief, balas protes juga dilakukan NasDem melalui Ahmad Ali.
“Kedisiplinan apa yang kemudian dilanggar oleh NasDem? NasDem sampai hari ini tidak pernah melanggar komitmen apa yang sedang dibicarakan di rencana mitra koalisi,” kata Ahmad Ali.
Ali meminta Demokrat tak perlu sensitif dalam merespons wacana-wacana yang muncul. Ali tak terima jika ada kesan pelarangan memunculkan wacana di dalam ‘Koalisi Perubahan’ yang bakal dibentuk.
“Tapi yang ingin saya bilang begini, bahwa teman-teman di Partai Demokrat nggak perlu sensitif. Kedua, kita tidak pernah menyepakati atau melarang untuk orang berpendapat ya kan. Kemudian mengapa harus terganggu dengan pernyataan-pernyataan seperti itu. Itu kan wacana merespons apa yang ada. Jadi NasDem itu tidak pernah akan masuk di ruang tentang wakil presiden kerena itu domain Anies,” kata Ali.
Ali memastikan urusan penentuan cawapres tetap menjadi sepenuhnya kewenangan Anies. Di sisi lain, kata Ali, hingga saat ini tak pernah ada kesepakatan bahwa cawapres Anies harus berasal dari kalangan internal koalisi.
“Karena sampai hari ini kita juga tidak punnya kesepakatan, toh, untuk kemudian menyepakati bahwa cawapres itu berasal dari internal koalisi,” kata anggota Komisi III DPR itu.
Tak berhenti sampai di situ, Ahmad Ali juga menjelaskan terkait duet Anies-Gibran. Dia menyampaikan pernyataan itu merupakan respons terhadap Rocky Gerung.
“Itu kan pernyataan saya menanggapi pernyataan Rocky Gerung. Tapi intinya gini, harusnya kan nggak perlu sensitifkan, di wacana yang dibangun itu namanya diskursus kan disuarakan,” kata Ali.
Ali menekankan pihaknya pun menghargai usul Partai Demokrat agar Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjadi cawapres Anies. Sama halnya dengan PKS yang menjodohkan Wakil Ketua Majelis Syura Ahmad Heryawan (Aher) bisa mendampingi Anies.
“NasDem juga menghargai setiap pernyataan teman-teman Demokrat yang mewacanakan Anies dengan AHY, Anies dan Aher. Itu kita hargai kok, kita nggak pernah mempermasalahkan. Karena kita tahu bahwa itu juga mekanisme internal mereka dan itu juga hak dari siapapun, tapi kan bukan keputusan,” katanya.
Ali menegaskan urusan penentuan cawapres tetap menjadi kewenangan Anies. Dengan demikian, Ali meminta berbagai pihak di koalisi agar tak khawatir ‘kehilangan porsi’.
“Akhirnya kan Anies yang akan memilih itu. Jangan ketakutan kehilangan porsilah, gitu kan,” ujar eks Ketua Fraksi NasDem DPR itu.
“Tidak ada yang kami sampaikan melarang berwacana sesama calon mitra koalisi antara Nasdem, Demokrat dan PKS. Tentunya penyampaian pendapat dapat menyemangati semua mitra. Konstruktif dan membawa manfaat untuk semua pihak,” kata Deputi Analisa Data dan Informasi Balitbang DPP Partai Demokrat Syahrial Nasution.
“Dasar dari kerja sama koalisi adalah platform perubahan dan perbaikan. Jelas sekali kesepahaman itu yang dibangun di level komunikasi tertinggi. Semua mitra pada posisi setara dan saling menguatkan. Kalau satu melemahkan yang lainnya memang akan jadi pertanyaan, koalisi apa ini?” ucapnya.
PKS Tengahi Konflik dengan Santai
Pertemuan Anies Baswedan dan Gibran menjadi blunder dalam Koalisi Perubahan. Apalagi Demokrat merasa ‘gerah’ anggap NasDem tak konsisten dengan koalisi. Termasuk wacana menjadikan Gibran sebagai cawapres Anies Baswedan.
Menanggapi ini, PKS menengahi NasDem dan Demokrat yang beradu argumen soal cawapres. PKS mempersilakan setiap partai mengajukan usulannya masing-masing.
“Santai saja, nggak perlu baper, kalau memang NasDem mau ajukan Mas Gibran sebagai cawapres Pak Anies, monggo, silakan disampaikan di tim komunikasi koalisi, di tim kecil, kita hormati jika itu adalah keinginan Partai NasDem,” kata juru bicara PKS M Kholid kepada wartawan, Kamis (17/11).
“Kami juga sangat menghormati keinginan Partai Demokrat yang ajukan Mas AHY,” lanjutnya.
Kholid menyebut PKS juga selama ini berikhtiar memperjuangkan kadernya Ahmad Heryawan atau Aher. Dia mengingatkan bahwa PKS, Demokrat, dan NasDem sudah sama-sama sepakat mengedepankan kepentingan bangsa.
“PKS sendiri juga sedang berikhtiar memperjuangkan Ahmad Heryawan. Baik PKS, Demokrat dan Nasdem sama-sama sepakat bahwa dalam memutuskan kesepakatan menjadikan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan partai, ini yang jadi pegangan bersama,” ucapnya.
Kholid juga mengingatkan kembali koalisi perubahan harus dibangun dengan dasar kepercayaan dan saling menghormati. Menurutnya, dinamika partai adalah hal yang biasa.
“Semangat koalisi harus dibangun dengan mutual trust dan respect, jadi dinamika perbedaan jadi hal biasa,” ujarnya.
NasDem Gerah, Koalisi Perubahan Mulai Goyah
Partai Nasdem menegaskan rencana pembentukan Koalisi Perubahan bisa gagal bukan karena faktor eksternal. Justru hal itu bisa terjadi jika ada yang memaksakan kehendak.
Pernyataan itu disampaikan Wakil Ketua Umum Partai NasDem Ahmad Ali. Seperti diketahui deklarasi Koalisi Perubahan antara Nasdem, PKS, dan Demokrat urung terlaksana karena masih menunggu keputusan di internal masing-masing.
“Gagalnya koalisi tidak ditentukan eksternal, yang menggagalkan kalau Nasdem, Demokrat, dan PKS saling mengunci, kalau ada yang memaksakan kehendak bakal gagal,” kata Ali, Kamis (17/11/2022).
Kendati demikian, Ali mengatakan hubungan ketiga partai masih terjalin baik. Dia menegaskan delegasi para partai masih menjalin komunikasi yang intensif.
“Yang pasti NasDem, Demokrat, dan PKS sadar betul bahwa hari ini kita sedang ditonton dan dinantikan masyarakat. Nasdem secara terbuka sudah menyatakan mendukung Anies,” tuturnya.
Dia pun menjelaskan sejak awal pihaknya bersama Demokrat dan PKS ingin membangun koalisi yang setara.
“Setara adalah satu partai dan partai lain sama kedudukannya, tidak ada yang lebih dominan, tidak ada yang melebihi memaksakan kehendaknya,” ucap Ali.
Politik 2 Kaki NasDem Blunder
Hubungan Presiden Jokowi dan Surya Paloh semakin memburuk berimbas terancamnya kedudukan NasDem sebagai koalisi di pemerintahan namun melakukan manuver dengan mengusung Anies Baswedan yang jelas menjadi rivalitas Jokowi.
Menurut pengamat politik Ray Rangkuti, sikap politik NasDem ini akan membuat dua menterinya akan di copot paling lambat Februari 2023. Karena NasDem tak lagi loyal dengan Jokowi.
Politik dua kaki NasDem ini cukup menggoyahkan hati Surya Paloh karena ‘dinginnya’ respon Jokowi saat NasDem ulangtahun ke-11 dan sindirian Jokowi ‘jangan terburu-buru pilih pemimpin’ yang berimbas kepada merosotnya suara NasDem dari beberapa survei.
Sementara itu pengamat politik Ujang Komarudin menilai, Koalisi Perubahan ini jika tak kuat menghadapi ‘kepentingan’ akan bubar, bukan gagal. Karena ia menilai koalisi ini masih sebatas wacana.
Editor: Ivo Yasmiati