Di Art Cafe Bumbu Bali, Menparekraf malah terkejut dengan fakta lain, bahwa PM Jepang Fumio Kishida juga mengunjungi rumah makan itu, hampir bersamaan dengan Sunak dan Trudea
RUANGPOLITIK.COM — Sebuah rumah makan bernama Art Cafe Bumbu Bali tengah menjadi sorotan setelah selesainya KTT G20 Bali beberapa hari lalu.
Art Cafe Bumbu Bali telah menjadi lokasi pertemuan bilateral PM Inggris Rishi Sunak dan PM Kanada Justin Trudeau di tengah rangkaian agenda KTT G20 Bali.
Sejak viralnya foto Rishi Sunak dan Justin Trudeau, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno segera mendatangi Art Cafe Bumbu Bali.
Di Art Cafe Bumbu Bali, Menparekraf malah terkejut dengan fakta lain, bahwa PM Jepang Fumio Kishida juga mengunjungi rumah makan itu, hampir bersamaan dengan Sunak dan Trudeau.
Hanya saja, PM Jepang memiliki menikmati makan malam dengan tempat duduk sendiri di lantai dua.
Menparekraf, lantas melakukan rekonstruksi dengan menempati lokasi duduk yang sama seperti Sunak dan Trudeau.
Bahkan, Sandiaga nampak mencicipi minuman yang dipesan PM Inggris, jus mangga dan soda water.
“Di tempat duduk yang sama dengan PM Kanada @justinpjtrudeau, saya pun turut mencicipi kuliner khas Bali yang dipesan saat melakukan bilateral meeting dengan suasana yang hangat dan santai,” ujar Menparekraf mengungkapkan.
Dalam kesempatan itu, pemilik Art Cafe Bumbu Bali mengisahkan awal mula terjadinya agenda makan malam PM Inggris dan PM Kanada itu.
“Seminggu sebelumnya saya diberitahu, nanti ada VVIP kita yang mau datang. (Kemudian) baru dikasih tahu (detailnya) satu hari sebelumnya,” tukas Putu Fabian von Holzen.
Dengan kunjungan langka itu, Menparekraf membuktikan adanya dampak positif KTT G20 bagi dunia gastronomi Indonesia, terutama untuk masyarakat Bali.
“Tentunya momen langka ini sangat menguntungkan bagi Indonesia, khususnya Bali, dimana kuliner kita akan semakin dikenal dunia,” ujar Sandiaga.
“Event KTT G20 ini sukses terselenggara dan dampaknya pun sangat terasa bagi masyarakat sekitar khususnya pelaku parekraf di Bali,” pungkasnya.
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)