RUANGPOLITIK.COM — Pertemuan Anies Baswedan dan Gibran Rakabuming Raka menimbulkan multi tafsir dari para elit politik. Apalagi Anies Baswedan memiliki target sebagai capres untuk 2024 dan tengah mencari cawapres. Tak hanya itu, Anies juga memiliki rekam jejak sebagai mantan Gubernur DKI Jakarta.
Sementara itu, Gibran adalah putra mahkota Presiden Jokowi, yang juga kader PDI-Perjuangan. Saat ini Gibran juga memiliki jabatan sebagai Walikota Solo. Selama ini publik mengetahui jika Anies-Jokowi hubungan mereka tak lagi ‘mesra’ sejak gaduhnya pilkada DKI Jakarta yang dimenangkan oleh Anies.
Padahal saat pilpres 2019 lalu, Anies masuk dalam tim pemenangan Jokowi. Sementara saat ini Gibran, dalam posisinya sebagai Walikota Solo, ia memiliki peluang untuk menjadi Gubernur Jawa Tengah, karena propinsi ini merupakan lumbung suara Banteng.
Kans di Pilkada DKI Jakarta
Menurut pengamat politik Universitas Al-Azhar Ujang Komarudin, Kamis (7/11), peluang Gibran justru lebih terbuka untuk pilkada Jateng. Karena jika masuk dalam gelanggang pilkada DKI Jakarta, energi Jokowi akan terkuras.
“Gibran itu saya yakin bukan untuk DKI tapi untuk Jawa Tengah. Jawa Tengah itu kan banyak proyek strategis nasional di Batang itu misalnya. Itu harus dipastikan tetap berjalan di masa akan datang,” kata Ujang.
Ia melihat peluang Gibran menangi Pilgub Jawa Tengah terbuka lebar. Sementara medan politik di DKI akan merepotkan Giibran, termasuk PDI Perjuangan dan Jokowi sendiri. Karena itu, lebih realistis bila Gibran disiapkan untuk menggantikan Ganjar Pranowo di Jateng.
“Terus dia (Gibran) kan di Solo. Solo kan bagian dari Jawa Tengah. Itu tidak terlalu banyak energi terkuras ketika maju di Jateng dan Jateng basis PDIP juga. Tapi kalau di DKI agak berat karena banyak menguras energi bagi Jokowi, bagi PDIP maupun bagi Gibran sendiri. Jadi saya lihat skemannya Gibran ke Jateng satu (gubernur),” ujarnya.
Pada Selasa lalu, diketahui bakal capres dari Partai Nasdem, Anies Baswedan bertemu Gibran di Solo. Sejumlah isu perkotaan dibicarakan dalam pertemuan itu.
Koalisi Perubahan Bidik Gibran sebagai Cawapres Anies
Sementara itu, Bahkan PKS tak keberatan jika NasDem mengusung Walikota Solo itu menjadi cawapres Anies Baswedan di Pilpres 2024. Pernyataan ini disampaikan Jubir PKS M Kholid, Rabu (16/11).
“Kalau NasDem mau ajukan Mas Gibran, ya itu haknya NasDem. Silahkan disampaikan secara resmi di tim komunikasi koalisi tiga pihak,” kata Kholid.
Meski demikian, Kholid mengatakan bahwa PKS tetap akan memperjuangkan Ahmad Heryawan alias Aher menjadi cawapres Anies.
Bidikan NasDem menjadikan Gibran sebagai cawapres Anies Baswedan, semula dari candaan Rocky Gerung. Menyikapi perebutan kue cawapres di internal Koalisi Perubahan. Yakni pertaruhan antara Demokrat yang usung AHY dan PKS unggulkan Aher. Sehingga deklarasi 10 November batal.
Rocky mengatakan yang tepat menjadi cawapres Anies adalah Gibran. Yakni pengalamannya sebagai walikota solo, kader PDIP dan putra mahkota Jokowi. Sehingga Anies secara pribadi akan diuntungkan sekaligus. Yakni menang mutlak sebagai Presiden, islah ANies-Jokowi, kekuatan besar dengan koalisi PDIP yang tentunya ini akan menjadi blunder bagi PDIP, bermitra dengan lawan politiknya.
Menanggapi pertemuan dua politisi ini, pengamat politik Efriza, saat dihubungi RuPol, Selasa (15/11) berpandangan jika Gibran ingin menjaga komunikasi politik dengan siapapun. Apalagi Anies memiliki pengalaman sebagai Gubernur DKI Jakarta dan menjadi percontohan bagi Gibran untuk kota Solo yang dipimpinnya.
“Kuat dugaan Gibran juga menginginkan kepemimpinan saat ini, yang dijalankan oleh Ayahnya sebagai Presiden dapat dilanjutkan oleh Presiden berikutnya. Sehingga, nantinya akan berdampak positif terhadap negara ini, dan juga berefek terhadap sosok diri dan keluarganya,” jelas Efriza.
Gibran Tak Penuhi Syarat UU sebagai Cawapres
Dosen ilmu politik ini menambahkan jika Gibran tidak memungkinkan cawapres. Ia tak memenuhi syarat sebagai cawapres. Ini berdasarkan Pasal 169 huruf q UU No. 7/2017 yang tak direvisi bahwa persyaratan capres dan cawapres, “berusia paling rendah 40 (empat puluh) tahun.”
Karena saat ini Gibran masih berusia 35 tahun, ia lahir pada 1 Oktober 1987. Sehingga wacana cawapres bagi Gibran akan tersandung oleh undang-undang.
‘Kemungkinan Anies hanya bertukar pikiran. Gibran melihat keberhasilan Anies dalam membenahi Transportasi Umum, seperti pernyataan Gibran,” jelasnya.
Efriza menilai, jika merujuk pernyataan Gibran tersebut, kuat dugaan adalah Gibran sedang mempelajari mengenai DKI Jakarta. Gibran memang punya kans maju di Ibu Kota, jika tak memilih melanjutkan menjadi walikota Surakarta maupun menolak diajukan sebagai Gubernur Jawa Tengah.
Gibran Komunikator Ulung
Pertemuan Gibran beberapa waktu lalu dengan Rocky Gerung cukup mengagetkan publik. Padahal selama pemerintahan Jokowi ucapan satir, sinis dan kritik cadas selalu ia lontarkan. Namun, Gibran berhasil merangkul dan menjalin komunikasi baik dengan Rocky Gerung. Dan mengatakan Rocky sebagai idola sebagai gurunya.
Begitu juga dengan pertemuan dengan Anies Baswedan. Meski mendapat kritikan dari internal PDI-Perjuangan, Gibran tetap memperlakukan Anies dengan santun, bahkan curhat soal transportasi. Setelah dikritik PDIP, GIbran menggunggah foto makan bersama Ganjar Pranowo di warung dengan caption ‘lebih enak makan di warung daripada di hotel’.
Sejak terjun di dunia politik, Efriza menilai Gibran berbakat sebagai komunikator handal. Sebelumnya ia juga pernah bertemu dengan kritikus yang getol mengkritik kinerja ayahnya sebagai presiden. Dan Gibran secara terang-terangan mengatakan Rocky Gerung adalah guru idolanya.
“Gibran potensial sebagai komunikator politik, terkait dengan upaya pemilu tidak lagi terjadi persaingan yang sengit,” jelasnya.
Secara karir politik, putra mahkota Jokowi ini memiliki karakter yang mirip ayahnya, namun berani menjadi kontra dengan internal PDIP, namun disisi lain ia berusaha merangkul lawan dan kawan politik ayahnya.
Editor: Ivo Yasmiati