RUANGPOLITIK.COM – Politik kolegial bagi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) lebih berperan dibanding dengan hanya bergantug dengan figur ketua umumnya.
Politkus Senior PPP, Rusli Effendi menuturkan saat ini partainya terus ikhtiar bisa menembus parlemen di Senayan.
Hal itu disampaikan Rusli Effendi dalam diskusi politik ‘Menakar Peluang PPP Menembus Parlemen pada Pemilu 2024’, di Jakarta yang juga ditayangkan secara virtual, Selasa (16/8/2022).
“Untuk persoalan Suharso Monoarfa (Ketua Umum), itu masalah internal beliau, tidak ada sangkut pautnya dengan PPP,” katanya.
Berita Terkait:
Link Live Streaming Dialog Politik: Menakar Peluang PPP Menembus Parlemen pada Pemilu 2024
Setelah Heboh ‘Amplop Kiai’, Ketum PPP Minta Maaf
Saksikan! RuangPolitik Gelar Dialog Mengenai Peluang Lolosnya PPP ke Parlemen di Pemilu 2024
Pagi Ini, KIB Golkar, PAN dan PPP Bakal Jalan Bareng Daftar ke KPU
Rusli menyatakan PPP saat ini memiliki banyak tokoh nasional. Bahkan menurutnya, ada banyak Ketua DPW di Indonesia yang merupakan tokoh NU.
Dia mengatakan bahwa pihaknya masih memiliki harapan yang sangat realistis untuk memperoleh 19 kursi di parlemen pada Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024 mendatang.
Sebelumnya, Direktur Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan mengungkapkan bahwa hasil survei terakhir Partai Persatuan Pembangunan (PPP) saat ini masih berada di papan bawah.
Djayadi Hanan mengatakan bahwa dalam beberapa survei, PPP juga menunjukkan terancam lolos ambang batas parlemen.
Djayadi mengatakan meskipun pada hasil survei menunjukkan bahwa PPP terancam tidak lolos parlemen, namun PPP biasanya tetap bisa menembus ambang batas parlemen meskipun perolehan kursinya terus mengalami penurunan.
Pada Pemilu 2019 lalu misalnya, PPP bahkan hanya memperoleh 20 kursi di parlemen. Jumlah ini lebih sedikit dibanding Pemilu 2014.
Akan tetapi, PPP tetap mempunyai modal. PPP tetap bisa tertolong oleh dua hal, yakni modal sejarah dan pendukung yang loyal.
“Sehingga PPP punya banyak tantangan ke depan untuk masuk ke ambang batas parlemen,” katanya.(FSL)
Editor: Zulfa Simatur
(RuPol)