RUANGPOLITIK.COM-Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komaruddin mengungkapkan bahwa Partai Persatuan Pembangunan (PPP) masih memiliki peluang namun harus kerja keras untuk bisa lolos dalam pemilihan umum 2024.
“Soal peluang PPP, ketika 2019 lalu dalam banyak survei, PPP dianggap tidak akan lolos dalam parlementery threshold yang 4% itu. Tetapi PPP telah membuktikan di saat konflik, ketika itu dualisme kepengurusan dan juga ketua umum partainya ditangkap KPK, PPP harus berjuang untuk lolos ke Senayan. Buktinya 2019 lalu, (PPP) lolos ke Senayan dengan perolehan kursi di atas 4% lebih sedikit dan menghasilkan 19 kursi di parlemen. Tentu itu sebuah upaya, usaha dan kerja keras ketika itu ya agar PPP tetap bertahan,” pungkas Ujang kepada Rupol Minggu, (17/7/2022).
Pengamat politik Univeristas Al-Azhar Indonesia tersebut kilas balik pada pengalaman pada Pemilu 2013 ketika Partai Hanura yang ketika itu mendapat 16 kursi di parlemen. Namun, ketika bertarung lagi di Pemilu 2019 yang lalu, Hanura terlempar dan akhirnya tidak lolos ke Senanyan.
Menurutnya, hal yang terjadi pada Pemilu 2013 ke 2019 itu, mirip dengan jumlah kursi yang dialami PPP saat ini. Ini artinya sangat rawan karena hanya beda 3 kursi, PPP bisa tergelincir jika tidak solid.
Berita terkini:
Elektabilitas Terendah, SMRC: Peluang PPP Lolos ke Parlemen Sangat Berat
Hasil Survei Rendah, Pengamat: PPP Butuh Keajaiban Lolos ke Parlemen
Manuver Jusuf Kalla Untuk Anies atau Golkar?
Survey Parpol: PPP dan PAN Terancam Tak Lolos Parlemen
“Saya sebagai masyarakat, pengamat, dan akademisi punya kepentingan terhadap PPP. Partai ini kan partai lama yang punya sejarah panjang. Ya, jangan sampai juga terlempar atau tidak lolos ke Senayan. Jadi harapan saya, PPP harus hadir dan lolos lagi ke Senayan,” tutur Ujang.
Dia menjelaskan bahwa lolos atau tidaknya PPP nanti dalam Pemilu 2024 tergantung usaha dan kerja keras dari pengurus dan seluruh kadernya terutama yang menjadi caleg nanti tahun 2024.
Ujang berharap PPP dapat membangkitkan semangat dan membangun harga diri agar tetap eksis dan memiliki suara yang signifikan.
Menurutnya, PPP punya basis pemilih yang jelas, yakni Islam tradisional. Hal tersebut harus digarap dan dijaga, tetapi di saat yang sama harus melebarkan sayap ke pemilih yang lain terutama ke pemilih-pemilih muda.
“Soal potensi PPP di 2024 nanti, ya tergantung kerja-kerja dari pengurus, kader, terutama mereka yang menjadi caleg di DPR RI termasuk di DPRD Provinsi, dan kabupaten kota. Perjuangan dan kerja keras mereka itu akan menentukan apakah PPP bisa eksis dan lolos ke Senayan atau tidak di 2024,” tuturnya.
Ujang mendorong para caleg dan kader PPP untuk berkerja keras agar partainya bisa eksis dan bersaing dengan partai-partai kelas menengah maupun besar lainnya. Hanya dengan kerja keras dan mendekati rakyat, PPP bisa bertahan.
Turunnya Elektabilitas PPP
Menanggapi prediksi atas turunnya elektabiltas PPP, Ujang menjelaskan bahwa PPP dahulunya adalah fusi dari beberapa partai Islam yang bergabung. Namun dalam perkembangan, makin banyak partai Islam lain yang terbentuk, di antaranya PKS, PKB, PAN, PBB, dan banyak partai yang lain. Suara partai Islam makin tersebar ke banyak partai Islam yang lain.
Di sisi lain, ungkap Ujang, pemilih Islam itu bukan hanya ada pada pemilih PPP atau partai-partai Islam yang lain, tetapi ada pada partai nasionais.
Dia menilai bahwa penyebab turunnya elektabilitas PPP itu salah satunya akibat banyaknya partai Islam yang terbentuk pasca-reformasi.
“Seperti PKB, karena sama-sama dari NU dan partai Islam lain juga berkepentingan mengambil suara PPP. Jadi saya melihat dengan banyaknya partai Islam yang lain mengurangi suara dari partai PPP sehingga menurunkan elektabilitasnya,” ujar Ujang.
Ujang menambahkan, hal lain yang juga mempengaruhi elektabilitas PPP yaitu ketika ketua umum partainya, yakni Suryadharma Ali dan Muhammad Romahurmuziy ditangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Permasalahan hukum yang menimpa pengurus elit partai tersebut membuat PPP dalam goncangan karena diserang kasus korupsi ketika itu. Menurut Ujang, hal itu juga bisa menurunkan citra dan elektabilitas partai dan tentunya PPP harus ada recovery untuk mengembalian kepercayaan publik.
Editor: Zulfa Simatur
RuPol