RUANGPOLITIK.COM-Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin menyebut partainya siap bergabung dengan Koalisi Indonesia Bersatu yang dideklarasikan Partai Golkar, PAN dan PPP.
Akan tetapi, ia memberi syarat bahwa dirinya harus menjadi calon presiden (capres) dalam koalisi tersebut.
Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga menilai pernyataan tersebut wujud kepongakan semata. Dan hal itu tidak akan terwujud.
“Ada dua penyebabnya, pertama perolehan kursi PKB pada pileg 2019 dibawah Golkar. Tentu logika politiknya Golkar yang lebih berhak mengusung capres dari PKB,” kata Jamiluddin, kepada RuPol, Senin (23/5/2022).
Kedua, elektabilitas Cak Imin yang sangat rendah, membuat peluangnya hampir tertutup untuk diusung menjadi capres. Bahkan elektabilitasnya lebih rendah dari Airlangga Hartarto.
Berita Terkait:
Cak Imin: PKB Siap Gabung Koalisi Indonesia Bersatu, Asal Capresnya Saya
Respons Ketum PBNU soal Unggahan Cak Imin
Kunjungi KPK, Cak Imin Jawab Isu Kudeta Ketum PKB
Tekanan Terhadap Cak Imin, Pengamat: Belum Sampai Membuatnya Tidur Tidak Nyenyak
“Berbeda halnya bila koalisinya hanya PKB, PPP, dan PAN, maka PKB berhak mengajukan capres. Sebab, perolehan kursi DPR RI dari tiga partai itu PKB yang paling banyak,” ungkapnya.
Oleh karena itu, dilihat dari perolehan kursi PKB dan rendahnya elektabilitas Cak Imin, maka syarat yang diajukannya untuk bergabung KIB sangat tidak realistis.
Bahkan, kata Jamiluddin, Cak Imin terkesan sosok yang tak tahu diri dengan beraninya mengajukan persyaratan tersebut.
“Kalau Cak Imin tetap mempersyaratkan hal itu dalam berkoalisi, maka dipastikan tidak akan ada partai yang mau berkoalisi dengan PKB,” tegas Jamiluddin.
“Cak Imin seharusnya menyadari hal itu, termasuk ketidaklayakannya menjadi capres,” tambahnya. (AFI)
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)