RUANGPOLITIK.COM – Dengan langkah ragu dan tegang, seorang laki-laki berjalan keluar dari Stadion Gelora Bung Karno ditemani beberapa orang.
Laki-laki itu kemudian, masuk ke dalam mobil tetap dengan wajah yang tertekuk, seperti sedang menggambarkan suasana hatinya.
Sore itu, bertepatan dengan Hari Peringatan Kemerdekaan Indonesia ke-73, 17 Agustus 2018. Laki-laki yang baru saja meninggalkan Gelora Bung Karno tersebut adalah seorang pengusaha papan atas di Indonesia, yang bernama H. Erick Thohir, B.A, M.B.A.
Wajar suasana tegang menyelimuti hatinya, mengingat besok adalah hari yang sangat penting dalam hidupnya, yakni pembukaan perhelatan olahraga terbesar di Asia, Asian Games 2018.
Erick sendiri merupakan ketua panitia dari acara besar tersebut, dia menjadi Ketua Panitia Inasgoc (panitia pelaksana Asian Games) 2018.
Sebagai penanggung jawab utama, Erick merasa sudah berulang kali mengecek semua persiapan, namun tetap dia merasa gelisah.
Kegelisahan tersebut dibawa sampai ke rumah, sehingga malam itu dirinya tidak bisa beristirahat dengan tenang.
Pagi, 18 Agustus 2018, selesai mendirikan sholat Subuh, tanpa banyak berbicara dengan sigap Erick langsung menuju ke rumah orang tuanya.
“Jadi sehari sebelum upacara pembukaan malam itu, saya merasa masih ada yang kurang, saya gelisah. Walaupun semua sudah berulang kali untuk dicek dan dipastikan. Akhirnya pada paginya, saya mencari ibu dan bersimpuh untuk minta maaf dan doa, karena saya takut gagal dan ada yang salah. Saya menangis mohon doa dan ridho dari beliau,” ujar Erick saat menceritakan momen tersebut.
Berita terkait:
Elektabilitas Erick Thohir Meroket, GET One: Jangan Puas Dulu
Menyimak Tulisan Adian Napitupulu Untuk Ketulusan Erick Thohir
Sang Ibu kemudian memegang pundaknya, sambil membesarkan hati Erick Thohir.
“Ibu berbisik, bahwa saya sudah berusaha dengan baik dan sudah berusaha untuk berbuat yang terbaik. Beliau minta saya untuk ikhlas saja dan berserah diri kepada Allah untuk hasilnya. Alhamdulillah, setelah itu saya merasa sangat tenang kembali,” sambung Erick dengan mata menerawang mengingat besarnya peran ridho dan doa Sang Ibu atas keberhasilan dalam hidupnya.

Edna Thohir Sosok Ibu Tangguh
Sinar mentari mulai menghangat di kulit, butiran peluh menyeruak dari pori-pori seorang wanita cantik yang berjalan terburu-buru memasuki kawasan Pasar Tebet, Jakarta Selatan.
Dengan membimbing seorang anak laki-laki berusia 10 tahun, wanita tersebut langsung memasuki sebuah kios pakaian jadi.
Tangan cekatan wanita berparas Tionghoa itu, mulai mengatur baju-baju dan melayani para pembeli dengan wajah ceria.
Sementara anak laki-laki dengan kulit putih yang juga berwajah etnis Tionghoa, ikut membantu sang wanita tersebut, sambil sesekali menyapa dan mengobrol dengan para pedagang yang juga berjualan di sekitar kios tersebut.
Bayangan sekitar tahun 1980-an tersebut, masih membekas jelas pada ingatan H. Erick Thohir, seorang pengusaha sukses nasional yang belajar banyak dari kedua orang tuanya.
Berita terkait:
Erick Thohir dan Jalan Kebangsaan
Bukan Elit Partai, Elektabilitas Erick Thohir Tertinggi
Erick bercerita bahwa ibunya dulu adalah seorang perawat, yang bertemu di Jakarta dengan Sang Ayah Muhammad Thohir, seorang perantau dari Gunung Sugih, Lampung.
Ibunya sendiri merupakan keturunan etnis Tionghoa berasal dari Majalengka.
Keduanya menikah setelah Edna menjadi mualaf dan mulai mengarungi kehidupan sebagai perantau di Ibukota Jakarta.
Di saat Sang Ayah memulai berbisnis secara serabutan, Sang Ibu membuka kios pakaian jadi di Pasar Tebet.
Pada awal pernikahan, mereka sempat mengalami kesulitan dalam hidup, namun Sang Ibu tetap bersemangat dengan menjadi pendukung utama ekonomi keluarga.
Dengan kesibukannya menjadi pedagang, Sang Ibu tetap tidak melupakan tugas utamanya dalam melayani suami dan mendidik tiga orang anak-anaknya, yakni Garibaldi Thohir, Erick Thohir dan Rika Thohir.
“Ibu orang sangat disiplin dan sangat menyayangi anak-anaknya. Saya belajar banyak dari beliau tentang kedisplinan,” ujar Erick.
“Selain disiplin, saya juga melihat ibu seorang yang pekerja keras. Beliau sosok ibu yang sangat tangguh,” ungkap Erick. (ASY)
Editor: Asiyah Lestari
(RuPol)