RUANGPOLITIK.COM — Pengamat politik Universitas Indonesia (UI) Ari Junaedi, menilai turunnya elektabilitas Airlangga Hartarto terkait tingkat keterpilihan tokoh potensial calon presiden (capres) pada simulasi Pilpres 2024, karena gagalnya Partai Golkar untuk membranding Ketumnya ditengah-tengah masyarakat.
“Golkar selalu gagal dalam membranding dan mencitrakan sosok ketua umumnya. Golkar gagap dalam membingkai komunikasi politik aktor-aktornya. Ibarat mesin jeroannya sudah 2400 cc tapi chasing kendaraannya masih jadul,” kata Ari, kepada RuPol, Rabu (12/01/2022).
Lebih lanjut, menurut Ari, Partai Golkar hanya pandai mengambil momentum kekuasaan, namun tidak cerdas dalam membangun personal-personalnya atau para tokoh-tokoh besar Partai Golkar.
“Golkar terutama ketua umumnya gagal membangun strategi komunikasi yang bisa diterima milenial,” ucapnya.
Baca juga:
Waketum Golkar: Airlangga Jangan Hanya Harapkan Kader, Tapi Harus Ikut Turun ke Bawah
“Hal ini tidak terlepas dari efek elektorial dan popularitas Jokowi dan SBY sebelumnya, tetapi tidak berhasil membangun imagenya sebagai partai yang adaptable dengan keinginan pemilih,” tambah Ari.
Partai Golkar sendiri sebenarnya adalah partai yang stabil, memiliki pendukung dan akar rumput yang kuat, sehingga selalu bisa berada di papan atas.
Golkar juga tidak memiliki gen sebagai partai oposisi. Dan selalu mendapat kue pemerintahan berupa pos beberapa menteri yang strategis. Namun, nama tokoh yang berada di dalam.Golkar sulit untuk mendapat hati masyarakat.
“Jika partainya mempunyai infrastruktur yg apik tapi demikian juga harusnya dengan ketokohan Ketumnya,” imbuhnya. (AFI)
Editor: Asiyah Lestari
(RuPol)