RUANGPOLITIK.COM – Deklarasi Pencapresan Sandiaga Uno oleh Forum Ijtima’ Ulama Jawa Barat, Rabu kemarin mendapat tanggapan keras dari politisi Partai Gerindra, Kamrussamad. Dirinya menuding semua deklarasi yang dibuat untuk Wakil Ketua Umum Gerindra itu adalah rekayasa semata.
“Forum Ijtima’ Ulama baik yang di DKI Jakarta maupun yang kemarin deklarasi di Jawa Barat, itu adalah upaya rekayasa. Dan berpotensi menimbulkan politik identitas sebagai pemecah belah bangsa,” ujar Kamrussamad pada keterangan tertulisnya, Kamis (16/12/2021).
Anggota Komisi XI DPR RI itu juga menyatakan gerakan itu dibuat secara sistimatis oleh orang-orang yang berkerja sama dengan Sandiaga Uno.
“Saya khawatir ada sekelompok oknum yang berkerja secara sistemtis bersama Sandiaga sehingga tega lakukan eksploitasi identitas ulama,” lanjutnya.
Kamrussamad juga menyinggung tentang sejarah masa lalu Sandiaga, apakah benar-benar pembela ulama dan apa kontribusi yang sudah diberikan terhadap para ulama.
“Track record dalam 20 tahun terakhir ini, jejak dan kontribusinya terhadap perjuangan umat apa saja. Saya khawatir ulama kita belum mengetahui secara penuh seperti apa sosok sebenarnya Sandiaga itu. Karena itu perlu tabayun lebih dahulu,” terang Ketua DPC Partai Gerindra Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan itu.
Baca juga:
PII dan Ulama Jawa Barat Deklarasi Sandiaga Uno untuk Calon Presiden
Gerindra Pasti Usung Kader Sendiri di Pilpres 2024
Dalam keterangan tertulisnya itu, Kamrussamad juga menjelaskan tentang kondisi dan tantangan umat islam kedepan, dimana saat ini sedang tertimpa berbagai masalah yang serius.
“Saat ini bukanlah saatnya dukung-mendukung kandidat capres. Tantangan ulama saat ini adalah membangun kembali citra pesantren usai adanya berbagai kasus, seperti kasus Herry Wirawan yang terungkap ke publik,” jelasnya.
Kamrussamad juga mengimbau kepada para ulama untuk tidak gampang terhasut atau dimainkan sekelompok orang, lebih baik para ulama fokus untuk memberi pendidikan kepada umat dan menjaga persatuan ditengah-tengah pandemi Covid-19 ini.
Editor: Asiyah Lestari
(RuPol)