Dalam sebuah diskusi di CSIS Indonesia, Surya Tjandra menyoroti permasalahan serius, termasuk hilangnya kayu hasil pembabatan hutan yang digunakan untuk membuka lahan proyek food estate.
RUANGPOLITIK.COM – Juru bicara bakal calon Presiden dari koalisi Perubahan, Anies Baswedan, Surya Tjandra, menganggap penting bagi pemerintah untuk menjelaskan apa yang terjadi dengan kayu-kayu tersebut guna menghindari kecurigaan publik terkait kegagalan salah satu proyek vital untuk ketahanan pangan.
Surya Tjandra, mengungkapkan keprihatinannya terhadap kurangnya kesuksesan dalam pelaksanaan proyek food estate yang telah memakan korban hutan.
Dalam sebuah diskusi di CSIS Indonesia, Surya Tjandra menyoroti permasalahan serius, termasuk hilangnya kayu hasil pembabatan hutan yang digunakan untuk membuka lahan proyek food estate.
“Semua lahan untuk food estate ini diambil dari hutan. Hutan ditebang, lahan dibuka, dan tanaman ditanam. Namun, masalahnya adalah, kayu hasil pembabatan ini ke mana?” tanya Surya dalam paparnya.
Surya juga mempertanyakan pemilihan tanaman singkong sebagai komoditas utama dalam proyek food estate.
Dia menyoroti bahwa singkong memiliki rasa yang pahit dan tidak dapat langsung dikonsumsi oleh masyarakat.
“Singkong memang besar dan berlimpah, tetapi rasanya pahit, sehingga tidak bisa langsung dimakan. Mengapa pilihan bukanlah beras, misalnya?” imbuhnya.
Juru bicara Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak, memberikan klarifikasi terkait penanaman singkong dalam proyek food estate. Menurutnya, penanaman singkong yang dilakukan oleh Kementerian Pertahanan adalah untuk cadangan logistik strategis.
“Bahasa yang digunakan oleh Kemenhan adalah cadangan logistik strategis. Fokusnya memang pada singkong,” ungkap Dahnil.
Dahnil juga menjelaskan bahwa proyek food estate bukan untuk mencukupi kebutuhan pangan secara langsung. Ini adalah bagian dari konsepsi militer terkait dengan ketersediaan pangan saat menghadapi kondisi krisis pangan. Dia mengklarifikasi bahwa proyek food estate era Presiden Jokowi masih dalam proses dan belum dapat disebut gagal.
“Kalau kemudian dalam program ada yang belum selesai, itu belum, bukan bermakna gagal, tapi masih berproses. Bahkan baru dikerjakan selama satu tahun ini,” paparnya.
Dalam konteks kritik terhadap pilihan tanaman dalam proyek food estate, Dahnil menegaskan bahwa kritik tersebut seharusnya dialamatkan kepada mantan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, yang bertanggung jawab atas sektor tersebut.
“Nah, food estate dikerjakan leading sector. Kalau bicara beras Mas Surya, itu leading sectornya ya menteri pertanian, yang sekarang jadi tersangka, dari Partai NasDem, mas,” tandasnya.
Proyek food estate menjadi salah satu inisiatif pemerintah untuk menghadapi ancaman krisis pangan akibat perubahan iklim.
Meskipun lokasinya tersebar di berbagai daerah, proyek tersebut tetap menjadi fokus perdebatan terkait dampaknya terhadap lingkungan dan pemilihan komoditas tanaman yang tepat untuk memastikan ketahanan pangan negara.(dfp)
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)