Lantas bagaimanakah salam merdeka yang benar dari Presiden pertama sekaligus tokoh Proklamator RI, Sukarno (Bung Karno) itu?
RUANGPOLITIK.COM —Salam kemerdekaan yang dipekikkan saat perayaan HUT RI menjadi perhatian pada pekan ini.
Itu berawal ketika bakal Capres Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan mengajak masyarakat untuk memekikkan tangan salam kemerdekaan dengan tangan terbuka saat peringatan HUT ke-78 RI di Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
“Izinkan saya mengajak semua untuk memekikkan salam kemerdekaan, salam kebangsaan. Tapi sebelum itu saya sampaikan bahwa salam kebangsaan itu tangannya tidak mengepal, salam kebangsaan itu dengan tangan terbuka, itulah yang ditunjukkan oleh Presiden pertama Republik Indonesia pada 31 Agustus 1945,” kata Anies di lokasi yang tak jauh dari rumahnya, Kamis (17/8).
“Itu maknanya dapat disampaikan ke Pak Anies,” ujarnya.
Lantas bagaimanakah salam merdeka yang benar dari Presiden pertama sekaligus tokoh Proklamator RI, Sukarno (Bung Karno) itu?
Melansir dari situs Museum Nasional Proklamasi (Munasprok), Bung Karno mengeluarkan ‘Maklumat Pemerintah’ pada 31 Agustus 1945 yang disahkan pada 1 September 1945.
“Sejak 1 September 1945 kita memekikan pekik ‘Merdeka’, perjuangkan terus pekik itu sebagai perjuangan jiwa yang Merdeka! Jiwa yang merdeka, yang berjuang dan bekerja! Berjuang dan bekerja buktikan itu,” demikian tertulis di sana.
Maklumat tersebut juga disinggung buku biografi Sukarno yang ditulis jurnalis AS, Cindy Adams. Buku berjudul Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia itu ditulis Adams berdasarkan wawancara langsung dengan Sukarno.
Pada buku tersebut di dalam Bab 27 ‘Revolusi Mulai Berkobar’ halaman 339, tertulis Bung Karno mengaku terinspirasi dari junjungan besar umat Islam, Nabi Muhammad SAW yang mengajarkan tradisi salam untuk mempersatukan umatnya. Oleh karena itu, dia mengaku mendapat pencerahan untuk memekikkan salam kemerdekaan untuk bangsa Indonesia.
“Pada tanggal satu September aku menetapkan supaya setiap warga negara Republik memberi salam kepada yang lain dengan mengangkat tangan, kelima jari terbuka lebar – yang maksudnya lima sila – dan meneriakkan, Merdeka!,” demikian ditulis dalam buku itu, di mana ‘aku’ merupakan Sukarno.
“Sebagaimana Nabi Besar Muhammad SAW telah menemukan ucapan salam untuk mempersatukan umatnya, maka turun pula lah suatu ilham dari Allah SWT untuk memekikkan suatu salam kebangsaan dari bangsa Indonesia,” kelanjutannya.
Salam kemerdekaan ala Sukarno pun dipertegas oleh seorang penulis biografi dan pemikiran, mendiang Peter Kasenda.
Pada akun twitter @komunitasbambu, Peter memperagakan salam kemerdekaan dengan membuka lebar kelima jarinya.
“Artinya apa? Artinya lima, Pancasila,” ujarnya dalam rekaman video yang diunggah akun tersebut.
Sebagai informasi, Peter banyak menulis buku seputar Sukarno. Beberapa di antaranya adalah 90 Tahun Bung Karno (1991), Kembali ke Cita-Cita Proklamasi 1945 (2010), Heldy Cinta Terakhir Bung Karno (2011), dan Hari-Hari Terakhir Sukarno (2012).
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)