RUANGPOLITIK.COM — Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan
mengatakan di kalangan kader PAN adalah nama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Menteri BUMN Erick Thohir, namun Zulhas masih belum memutuskan karena dinamika politik dapat berubah terlebih PAN berada di dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bersama Golkar dan PPP.
Terkait gagasan tersebut dinilai sebagai persilangan kekuatan antara Istana Negara dengan rumah Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri, Teuku Umar.
Menurut Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno. Dia awalnya menilai sosok Politisi Senior PDIP Panda Nababan menanggapi isu duet Ganjar-Erick Thohir seperti replika Istana dan Teuku Umar.
“Kalau saya ingin fokus dari opung (Panda Nababan), karena opung ini merupakan replika dari Istana dan replika dari Teuku Umar, jadi opung ini sebenarnya adalah titik temu info dari Teuku Umar dan info dari Istana,” kata Adi Prayitno, Rabu (1/3/2023).
Adi menilai Panda Nababan dulu tidak terlalu menikmati ketika ada partai, selain PDIP, yang mencoba mengusulkan Ganjar Pranowo sebagai capres 2024. Dia menyebut Panda Nababan saat itu menganggap usulan itu tidak beretika secara politik.
“Kalau dulu memang agak agresif, kalau ada orang sebut Ganjar itu opung sangat paling depan gaspol, 4 gigi langsung, langsung diserang sama opung itu dianggap kemajon, itu dianggap mendahului Ketua Umum Megawati Soekarnoputri, tidak sesuai fatsun, tidak punya akhlak secara politik, itu dulu,” jelas Adi Prayitno.
Namun demikian, Adi menilai saat ini Panda Nababan menanggapi secara berbeda saat PAN mengusulan duet Ganjar-Erick Thohir. Menurutnya, ini pertanda Istana Negara dan Teuku Umar mulai setuju dengan usulan duet tersebut.
“Ketika PAN saat Rakornas kemarin nyebut Ganjar dengan Erick, jangankan ngegas, nyalakan mobil pun, nyalain mesin pun opung nggak ada suara, bahkan opung cenderung mengamini, cenderung melempar senyum, itu tunjukkan suasana hati yang sesungguhnya. Mengamini dari jauh duet antar Ganjar dan Erick Thohir itu adalah selera, ‘selera’ opung yang kemudian replika antara Teuku Umar dan Istana,” ujar Adi Prayitno.
Ia menilai seperti membuktikan adanya kekuatan yang cukup besar menyetujui yakni ada kekuatan di Istana Negara dan Teuku Umar untuk mengkonsolidasikan duet tersebut.
“Soal Ganjar-Erick sepertinya ada kekuatan yang cukup besar, entah itu apa, tapi saya menganggap kekuatan besar itu adalah kawin silang antara Teuku Umar dan Istana yang saya kira mampu mengkonsolidasi kekuatan-kekuatan politik ketika ini diumumkan sebagai sebuah barang yang akan launching di 2024,” jelasnya.
Adi menyebut ini dibuktikan dengan tidak adanya resistensi apapun ketika duet ini disounding oleh PAN. Bahkan, menurutnya, PDIP juga nyaris tidak menolak sama sekali.
“Buktinya sederhana, nyaris tidak ada resistensi apapun dari partai politik yang saat ini ada di inner circle kekuasan politiknya Jokowi, PDIP misalnya nyaris tidak ada resistensi apapun,” tutur dia.
Sementara itu, saat Rakornas PAN Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan mengatakan siap menunggu petunjuk Jokowi dalam menetapkan nama Capres-Cawapres yang akan diusung di Pilpres 2024.
Menurut Zulhas, saat ini kondisinya bila Presiden Jokowi adalah “Panglima Tertinggi” dalam PAN sehingga semua pengurus dan kader PAN akan tunduk pada petunjuknya.
“Di sini Panglima Perang, tapi kan ada Panglima Tingginya, jadi kalau kita-kita mau perang pasti harus menunggu perintah dan petunjuk Panglima Tingginya Bapak Presiden Jokowi”, ujar Zukfli usai mengikuti acara pembukaan Rakornas PAN di Semarang, Minggu (26/2/2023).
Zulhas masih akan membawa ide ini untuk dibicarakan dengan rekan satu koalisi di KIB untuk mendapat persetujuan.
“Aspirasi kita akan dibawa ke KIB dulu, kan semua Ketum petinggi Partai juga mau jadi Capres Cawapres, jadi kita tidak mau gegabah dan masih menunggu arahan dari Bapak Presiden karena kita di dalam koalisi pemerintahan. Jadi mohon bersabar”, pungkasnya.
Editor: Ivo Yasmiati
(RuPol)