RUANGPOLITIK.COM— Dalam hasil survei yang direlease SRMC hari ini, bahwa dari total 23,6 persen pemilih Anies, hanya 12 persen di antaranya yang menyatakan memilih Nasdem.
Perolehan suara Nasdem dari pemilih Anies sama dengan dukungan pemilih Anies pada PDIP (12 persen), Gerindra (12 persen), dan Demokrat (11 persen)
Menurut pengamat politik Efriza, dosen dan akademisi saat dihubungi RuPol, mengatakan jika Anies tak memberi efek siginifikan kepada NasDem.
“Anies Baswedan tidak memberikan efek ekor jas terhadap elektabilitas Nasdem. Ini tentu saja miris,” ungkapnya.
Efriza menambahkan anjloknya suara NasDem dan elektoral yang cenderung turun dianggapnya sebagai sebuah kekecewaan publik. Yang merasa kecewa keluarnya Nasdem dari partai pendukung Jokowi.
“Kejadian ini juga dapat dianggap sebagai respons kekecewaan masyarakat, yang berharap Nasdem mendukung Ganjar dan Pemerintahan Jokowi,” tegasnya.
Efriza menambahkan ini juga menunjukkan suara NasDem memang lebih kepada suara pemilih nasionalis bukan berbasis Islam.
“Sehingga, efek elektoral NasDem mendapatkan ceruk pemilih lebih banyak tidak terjadi, karena ceruk pemilih Islam lebih merespons positif kepada Anies Baswedan semata tidak terikuti untuk Nasdem,” pungkasnya.
Sementara NasDem tentu saja mengharapkan kader non-parpol sebagai cawapres Anies, karena NasDem akan sangat dirugikan mengusung Anies Baswedan tetapi yang menikmati keuntungan malah PKS dan Demokrat mengenai cawapres. Hanya NasDem menyerahkan persoalan ini kepada Anies Baswedan semata.
“Memang ketiga partai ini tidak bisa hanya sekadar deklarasi Koalisi dan Mengusung Anies semata, sebab tak akan ada efek kejut, hanya meniru cara koalisi Gerindra-PKB semata,” jelas Efriza.
Sementara itu, saat ditanya adakah indikasi pecahnya kongsi tiga partai ini? Menyusul tidak tercapainya kesepakatan cawapres Anies. Efriza menilai peluang itu kecil.
“Potensi gagalnya Anies, persentasenya kecil. Kecuali jika KIB membuka kesempatan PKS bergabung dengan melepaskan peluang bersama PDIP. Maupun Gerindra-PKB menjadi pilihan alternatif bagi PKS, karena PKS tidak menunjukkan tertarik lagi mengusung Prabowo,” jelasnya.
Secara komunikasi politik, Efriza menilai komunikasi PKS dan upaya PKS mendekati KIB dan Poros Koalisi Gerindra-PKB hanya sekadar upaya melakukan tekanan kepada Nasdem agar menerima Aher.
“Sebab, Nasdem terjepit akan terjadi ‘putih muka’ (malu) jika tak dapat mengusung Anies Baswedan, namun suara NasDem tidak mencukupi tanpa PKS dan Demokrat,” pungkasnya.
Suara NasDem dalam beberapa survey anjlok bahkan tak sampai 3 persen utk 2024. (IY)
Editor: Ivo Yasmiati