Mereka tidak terima dengan keputusan partai besutan Surya Paloh itu mengusung Gubernur DKI Jakarta Anies sebagai capres.
RUANGPOLITIK.COM –Presiden Joko Widodo memberi sinyal bakal melakukan kocok ulang atau reshuffle kabinet dalam waktu dekat. Hal itu dilakukan tak lama setelah Partai NasDem yang merupakan koalisi pemerintah mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai calon presiden (capres) di Pilpres 2024.
“Rencana selalu ada, pelaksanaan nanti diputuskan,” kata Jokowi ketika menjawab pertanyaan wartawan soal rencana reshuffle, Kamis (13/10/2022).
Saat ini, ada tiga kader NasDem di Kabinet Indonesia Maju. Ketiganya yakni Menkominfo Johnny G Plate, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, serta Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup (LHK) Siti Nurbaya Bakar.
Beberapa organisasi relawan Jokowi telah mendesak Jokowi untuk mencopot tiga orang menteri asal Partai NasDem.
Mereka tidak terima dengan keputusan partai besutan Surya Paloh itu mengusung Gubernur DKI Jakarta Anies sebagai capres.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto juga ikut mendukung rencana Jokowi melakukan reshuffle.
Menurutnya, Jokowi butuh menteri yang loyal, solid dan bekerja menyelesaikan masalah rakyat. Hasto menuding deklarasi itu sebagai sinyal NasDem yang ingin agar Jokowi lekas diganti sebagai Presiden.
Ia bahkan menyebut NasDem telah keluar dari partai koalisi pemerintah. Merespons hal itu, Nasdem mempertanyakan sikap Hasto yang tampak keras mengkritisi deklarasi Anies tapi diam kala Prabowo Subianto dideklarasikan Partai Gerindra sebagai capres.
“Itu klaim tak berdasar namanya. Koalisi itu didasarkan pada apa sih? Pada pencapresan seseorang? Gerindra kenapa tidak disebut lepas juga jika begitu,” tandas Ketua DPP Partai NasDem Willy Aditya, Minggu (9/10/2022).
Sementara itu, Pengamat politik Universitas Andalas Asrinaldi berpendapat NasDem bisa saja terkena reshuffle oleh Jokowi karena terlalu bersemangat mendeklarasikan Anies sebagai capres.
“Kalau NasDem dianggap sebagai partai yang dianggap bisa mengganggu jalannya pemerintahan, apalagi euforia Anies itu bisa mengganggu jalannya pemerintahan, karena NasDem terlalu euforia, ya bisa saja (reshuffle),” ujar Asrinaldi kepada awak media.
Namun, jika memang terkena reshuffle, menurutnya, tak mungkin semua menteri dari partai tersebut didepak. Ia berpendapat reshuffle hanya untuk memberi peringatan bagi partai besutan Surya Paloh itu.
“Untuk memberikan peringatan bahwa NasDem ini tidak lagi loyal, tidak lagi menjadi pendukung militan Jokowi,” tegasnya.
Namun ia menilai Jokowi tidak akan reaktif dan mengganti menteri asal NasDem dalam waktu dekat. Menurutnya, Jokowi akan menunggu momentum jika benar-benar melakukan reshuffle. Alasan evaluasi kinerja menteri, bisa jadi dipakai untuk mendepak menteri dari NasDem.
“Kalau tidak ada alasan khusus, akan teriak juga, akan heboh juga NasDem. Pak Jokowi tidak sekadar langsung reaktif gitu, dia mempelajari 3-6 bulan. Tapi alasan sebenarnya orang bakal lupa, karena euforia Anies di NasDem,” tandasnya.
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)