Wakil Ketua Umum Partai Gelora itu mengatakan, dalam pratiknya survei kerap ”memaksakan” pencalonan
RUANGPOLITIK.COM –Fahri Hamzah menilai ada hubungan yang terbalik antara politik dan survei politik. Tidak seharusnya survei menuntun pencalonan dalam pilpres.
Wakil Ketua Umum Partai Gelora itu mengatakan, dalam pratiknya survei kerap ”memaksakan” pencalonan.
”Dan yg ganjil dalam survey pilpres adalah: kita mempopulerkan orang yg bisa jadi secara hukum, etik dan administrasi tidak layak,” sebut Fahri melalui Twitter, dikutip RuPol Selasa (13/9/2022).
Fahri mengkritik bagaimana survei berusaha mempengaruhi pencalonan dan menyinggung PDIP. ”Makanya, survey harusnya menyusul pencalonan bukan sebaliknya pencalonan menyongsong survey. Mungkin ini yg ingin dikoreksi @PDI_Perjuangan,” tandas Fahri.
Seperti diketahui, hasil survei sejumlah lembaga selama dua tahun terakhir menempatkan tiga nama teratas sebagai capres potensial pada Pilpres 2024. Mereka adalah Ganjar Pranowo, kader PDIP yang menjabat gubernur Jawa Tengah; Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus Menteri Pertahanan Prabowo Subianto; dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Berita Terkait:
PPP Buka Peluang Usung Sandiaga Uno di Pilpres 2024
Pilpres 2024, Demokrat DKI Dorong Pasangan AHY-Anies
Pilpres 2024, Anies Akan Berpeluang Menjadi Presiden Jika Ganjar Tak Jadi Maju
SMRC: Anies dan Prabowo Bersaing Ketat untuk Dapat Dukungan Pilpres
Yang menarik, sebagai partai terbesar PDIP belum mengumumkan nama calon yang akan diusung di Pilpres 2024. Kendati satu-satunya partai yang bisa mengusung calon sendiri, PDIP masih mengulur waktu sambil melihat perkembangan, terutama berkaitan dengan rivalitas Puan Maharani dengan Ganjar.
Sampai saat ini elektabilitas anak Megawati Soekarnoputri yang digadang-gadang sebagian besar struktur PDIP itu berada jauh di bawah Ganjar, yang sementara ini mengandalkan mesin politik di luar partai.
Kendati bisa diredam lewat rakernas, tetapi nyala rivalitas keduanya belumlah padam. Ibarat sekam yang sewaktu-waktu bisa menyala kembali bila ditiup angin.
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)