RUANGPOLITIK.COM –Partai Persatuan Pembangunan (PPP) potensi kembali terbelah. Suharso Monoarfa bersama loyalisnya bisa buat kubu. Tak hanya itu, Konsolidasi di partai ini dinilai akan melambat.
Pengamat Universitas Hasanuddin (Unhas) A Ali Armunanto menilai pencopotan Suharso dari Ketua
Umum menegaskan bahwa PPP adalah partai yang sangat dinamis. Sehingga kesalahan apa pun yang dibuat ketuanya bisa berakibat fatal.
Sementara pemilu makin dekat. Sekarang partai-partai sudah berpikir untuk strategi pemenangan pemilu. Jika PPP masih berkutat pada upaya-upaya meraih siapa atau kelompok siapa yang berkuasa, lalu siapa menjadi ketua, maka proses Konsolidasi itu akan melambat.
Mesin politik akan terganggu dan menggangu kinerja PPP. “Kita lihat dulu waktu PPP terpecah, sangat berpengaruh ke perolehan suara. Jangan sampai ini terulang,” ujarnya.
Sebelumnya, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) telah menggelar Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) dan mengangkat Muhammad Mardiono sebagai pelaksana tugas (Plt) Ketua Umum PPP.
Berita Terkait:
Suharso Masih Menjadi Ketum di Workshop Nasional PPP
Copot Ketum PPP Dinilai Bisa Memunculkan Dualisme
Sekjen PPP: Saya Akan Berusaha Cari Jalan Tengah Atas Konflik Ini
Gelombang Menggoyang Suharso Monoarfa dari Kursi Ketum PPP
Wakil Ketua Umum PPP Arsul Sani menyatakan, pihaknya akan segera mendaftarkan kepengurusan baru PPP ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) dalam waktu dekat.
“Secepatnya setelah hal administratif yang masih ganjel-ganjel, juga menyampaikan keinginannya. Nanti kita selesaikan administratif. Saya kira dalam beberapa hari ke depan ini,” tukas Arsul Sani di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (5/9/2022).
Anggota Komisi III DPR RI ini pun membantah bahwa partai berlambang Ka’bah yang dinaunginya pecah setelah Mukernas dan mengangkat Muhammad Mardiono sebagai Plt Ketua Umum menggantikan Suharso Monoarfa.
Asrul menegaskan, hasil Mukernas ini merupakan dorongan dari 30 DPW PPP dalam rangka mengonsolidasikan partai.
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)