RUANGPOLITIK.COM-Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyinggung soal demonstrasi kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) di tengah ekonomi global yang anjlok.
Jokowi mempertanyakan berapa lama kira-kira unjuk rasa akan berlangsung jika rakyat mengetahui persentase kenaikan pertalite dalam waktu dekat.
“Naik 10 persen saja demonya saya ingat 3 bulan, kalau naik sampai 100 persen lebih demonya akan berapa bulan?” tanya Jokowi, dalam pembukaan acara Silaturahmi Nasional Persatuan Purnawirawan TNI AD Tahun 2022, di Sentul, Jawa Barat pada Jumat (5/8/2022).
“Inilah yang sekarang dikendalikan pemerintah dengan subsidi. Karena begitu harga bensin naik, harga barang otomatis melompat bersama-sama,” kata Jokowi lagi.
Jokowi menambahkan, isu ini didasari dari tingginya harga minyak dunia, yang berkelindan dengan tingginya inflasi dan secara otomatis merembet pada harga komoditas lainnya.
Berita Terkait:
Jokowi: BBM Naik 10 Persen Saja Demonya 3 Bulan, Bagaimana Kalau 100 Persen?
Pakar Hukum Puji Sikap Presiden Jokowi Dengarkan Aspirasi Masyarakat soal RKHUP
Soal Capres-Cawapres Koalisi Gerindra-PKB, Cak Imin Singgung Restu Presiden Jokowi
Presiden Jokowi: Mari Doa Agar Indonesia Dihindarkan dari Krisis Pangan
Pernyataan tersebut tampaknya menimbulkan reaksi dari masyarakat. Beberapa diantaranya menyindir balik Jokowi yang nyatanya tak pernah hadir menemui pendemo dalam isu apapun.
“Coba bayangkan, kalo ada demo berbulan-bulan kira2 bapak ngumpetnya berapa lama? Tiap didemo ga pernah bisa ditemuin, padahal warga cuma mau dialog sama wakilnya,” kata akun @anaknya_mageran di Twitter, 5 Agustus 2022.
“Dulu naik dikit ada yang nangis bombay (Megawati dan Puan Maharani di jaman SBY), sekarang sepertinya udah lupa cara nangis, lagipula kalau ada demo pasti gak di temui,” ucap yang lain, atas akun @TriWahy92027143.
“Pak.. pak.. emang inget di demo?? Wong ngumpet mulu,” ujar @bukan_pinokioo menimpali.
Saat ini, kata Jokowi, terdapat 320 juta orang di dunia yang menderita kelaparan akut. Sebagian besar kelaparan merupakan buntut perekonomian dunia yang sangat anjlok.
Menurutnya, pelemahan pertumbuhan ekonomi adalah siklus yang tidak terhindarkan saat ini.
Dari mulai negara-negara seperti Singapura, kawasan Eropa, Australia, hingga negara adidaya Amerika Serikat (AS).
“Amerika yang biasa kenaikan barang atau inflasi 1 persen hari ini di posisi 9,1 persen bensin naik dua kali lipat. Eropa juga sama,” kata Jokowi.
Terkait BBM, pemerintah Indonesia sudah menaikkan harga pertalite menjadi Rp7.650 per liter atau 10 persen dari harga sebelumnya.
Jokowi menegaskan, kondisi ini jauh lebih baik, lantaran melonjaknya harga minyak dunia seharusnya menaikkan harga pertalite sebesar Rp17.100 per liter.
Himpitan ekonomi itu mendorong pemerintah mengalokasikan anggaran subsidi BBM hingga Rp502 triliun.
Secara umum, Jokowi menjelaskan dunia memang sedang dalam situasi mengerikan akibat pertumbuhan ekonomi yang melimpah namun dibarengi inflasi yang juga melonjak tinggi.
“Pertumbuhan ekonomi turun tapi inflasi naik harga barang semua naik. Ini kondisi yang sangat boleh saya sampaikan dunia pada kondisi yang mengerikan,” kata Presiden Jokowi.
Presiden melanjutkan, IMF dan Bank Dunia mencatat akan ada 66 negara yang ambruk ekonominya akibat perang dan krisis pangan.
Dari 66 negara tersebut, kata Jokowi, terdapat sembilan negara yang memiliki perekonomian sulit secara bertahap, disusul 25 negara serta 42 negara lain.
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)