RUANGPOLITIK.COM-Rakyat Sri Lanka menduduki rumah Presiden Gotabaya Rajapaksa dan membakar rumah Perdana Menteri (PM) Sri Lanka Ranil Wickremesinghe, Sabtu (9/72022).
Pembakaran terjadi setelah Wickremesinghe menyatakan akan melepaskan jabatan demi pembentukan pemerintahan baru.
Wickremesinghe mendeklarasikan siap mundur ketika massa menduduki rumah Rajapaksa karena tak kuasa menahan emosi.
Massa juga menerobos masuk ke rumah pribadi Ranil Wickremesinghe dan membakarnya, sebagaimana dikutip dari Kantor PM Sri Lanka, Minggu (10/7/2023).
Berita Terkait:
India Beri Bantuan Pinjaman untuk Sri Lanka Bertahan Selama Enam Bulan Mendatang
Indonesia Bisa Lebih Parah daripada Sri Lanka
Biro HAM Kemenlu Amerika Bahas Kasus Unlawful Killing Laskar FPI
Bertemu di Singapura, Prabowo Bahas Hubungan Pertahanan Bilateral dengan Menhan AS
Mereka muak dengan pemerintah yang dianggap gagal menarik Sri Lanka dari lubang krisis hingga akhirnya negara itu dinyatakan bangkrut.
Sebelum massa memasuki kediaman, Rajapaksa dilaporkan sudah melarikan diri terlebih dulu dengan bantuan para pengawal yang melepaskan tembakan ke udara demi menahan massa.
Tak lama setelah sang presiden pergi, massa menyerbu gerbang hingga berhasil masuk ke istana presiden. Beberapa orang melakukan siaran langsung di media sosial yang menunjukkan suasana di kompleks istana.
Ratusan orang terlihat berjalan menyusuri istana. Beberapa di antaranya juga tampak riuh melompat ke kolam kompleks. Sebagian lain terlihat tertawa dan bersantai di kamar tidur megah gedung tersebut.
Kepergian presiden dari simbol kekuatan negara itu menimbulkan pertanyaan terkait keinginan Rajapaksa untuk tetap menjabat. Satu pejabat mengatakan saat ini mereka tidak mengetahui keberadaan Rajapaksa.
“Kami sedang menunggu instruksi. Kami masih tidak tahu di mana dia, tapi kami tahu dia aman bersama Angkatan Laut Sri Lanka,” kata pejabat level atas itu.
Jika Rajapaksa mundur, Wickremesinghe seharusnya otomatis mengambil alih kendali negara. Namun kini, situasi semakin buram karena Wickremesinghe pun menyatakan siap mundur.
BANGKRUT
PM Sri Lanka Ranil Wickremesinghe mengakui negaranya telah bangkrut. Dia menyebut penderitaan akut dari krisis ekonomi masih akan dirasakan setidaknya hingga akhir tahun 2023.
Sri Lanka yang berpenduduk 22 juta jiwa ini dilanda inflasi selama berbulan-bulan dan pemadaman listrik berkepanjangan setelah pemerintah kehabisan mata uang asing untuk mengimpor barang-barang vital.
Wickremesinghe menyebut Sri Lanka yang dulunya negara makmur akan mengalami resesi yang dalam tahun ini dan kekurangan pangan, bahan bakar serta obat-obatan secara akut akan terus berlanjut.
“Kita juga harus menghadapi kesulitan-kesulitan pada tahun 2023,” ucap Wickremesinghe kepada parlemen Sri Lanka pada Selasa (5/7/2022).
Dia mengatakan bahwa pembicaraan soal bailout untuk Sri Lanka yang masih berlangsung dengan Dana Moneter Internasional (IMF) akan bergantung pada penyelesaian rencana restrukturisasi utang dengan para kreditur pada Agustus mendatang.
“Kita sekarang berpartisipasi dalam perundingan sebagai negara bangkrut,” ujar Wickremesinghe dalam pernyataannya.
“Karena situasi kebangkrutan yang dialami negara kita, kita harus menyerahkan rencana keberlanjutan utang kepada mereka secara terpisah. Hanya ketika (IMF) puas dengan rencana itu, kita bisa mencapai kesepakatan,” imbuhnya. (Her)
Editor: Zulfa Simatur
(RuPol)