RUANGPOLITIK.COM – Din Syamsuddin yakin bahwa warga Muhammadiyah akan memilih Anies-Cak Imin di Pemilu 2024. Pernyataan tersebut kemudian ditanggapi oleh Ketum PP Muhammadiyah Anwar Abbas.
Anwar mengatakan, pernyataan Din tersebut karena dia pasti paham karakter warga Muhammadiyah, sebab pernah menjabat ketum dua periode. Dia mengaku, banyak wartawan yang bertanya tentang sikap dan pandangan dirinya tentang keyakinan Din Syamsuddin yang mengatakan Muhammadiyah menduku Anies-Cak Imin.
“Terus terang bila kita bicara tentang keyakinan para ahli menyatakan ada beberapa istilah atau tingkatan dari keyakinan tersebut, pertama, ainul yaqin, kedua Ilmul yaqin dan ketiga haqqul yaqin,” kata Anwar kepada wartawan, Jumat (27/10/2023).
“Seperti kita ketahui Din Syamsuddin ini adalah seorang cendekiawan, pemikir dan akademisi. Bahkan beliau kita ketahui adalah seorang prof atau guru besar dalam bidang ilmu politik dan juga mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah dua periode. Jadi secara keilmuan dan praktis organisatoris beliau sangat mengerti dan sangat faham sekali tentang sifat dan watak serta karakter dari organisasi muhammadiyah dan dari orang-orang atau warga Muhammadiyah itu sendiri dalam berbagai hal termasuk dalam hal yang terkait dengan masalah politik,” tambahnya.
Anwar menyebut Din masih sering bertemu dengan warga Muhammadiyah walaupun sudah tak menjabat ketum. Bahkan katanya, Din masih sering diundang ke berbagai agenda. Anwar menegaskan bawa Din tak lagi bertugas sebagai pimpinan pusat Muhammadiyah, tetapi frekuensi bertemu dengan warga Muhammadiyah masih sangat tinggi karena masih banyak pimpinan wilayah dan daerah serta cabang Muhammadiyah di seluruh tanah air serta pimpinan cabang istimewa Muhammadiyah di luar negeri yang masih sering mengundangnya.
“Biasanya beliau dalam berbagai kesempatan tersebut sering sekali berdiskusi dan mendorong warga muhammadiyah untuk berfikir kritis dan menjadikan organisasinya untuk menjadi organisasi yang berkemajuan. Maka berdasarkan hal-hal tersebut di atas terus terang saya secara pribadi dan ilmiah agak mengalami kesulitan dalam membantah apa yang telah menjadi kesimpulan dan keyakinan beliau tersebut. Karena keyakinannya tersebut menurut saya terbentuk atas dasar hasil penglihatan dan pengamatannya sendiri secara empirik ( ainul yaqin) yang kemudian sebagai seorang ilmuan dan akademisi beliau nalar dan kritisi sehingga hal tersebut telah menghantarkan din kepada keyakinan yang bersifat ilmiah (ilmul yaqin) bahwa banyak warga Muhammadiyah dalam pilpres 2024 mendukung Anies-Cak Imin,” katanya.
Lebih lanjut, Anwar mengatakan Din tentu memiliki tingkat keyakinan yang tinggi dalam menentukan pilihannya di Pilpres 2024. Dia yakin Din akan mempertanggungjawabkan apa yang dia katakan kepada publik.
“Bahkan ketika saya lihat video beliau yang menyangkut hal tersebut berkali-kali kesimpulan saya dari gerak tubuhnya tingkat keyakinan yang dimilikinya menurut saya sudah di atas dan melampaui tingkat ilmul yaqin tapi sudah sampai kepada haqqul yaqin di mana mayoritas warga muhammadiyah dalam pilpres yang akan datang akan memilih AMIN atau Anies-Cak Imin. Kira-kira bagaimana pandangan para pihak terhadap kesimpulan dari Din Syamsuddin ini? Tentu hal ini bisa saja mengundang perbedaan pendapat dan itu menurut saya adalah sah-sah saja. Cuma saya yaqin dan percaya Din dalam hal ini tentu tidak sembarang bicara karena hal itu dari dahulu bukan menjadi sifat, watak dan karakternya sebab sebagai seorang akademisi dan sebagai seorang muslim yang baik beliau dalam menyampaikan sikap dan pandangannya selalu didasarkan kepada data dan fakta yang beliau ketahui atau beliau terima dari pihak yang terpercaya,” katanya.
Dia mengatakan, karena itu kalau ada orang yang mau menyanggah kesimpulannya secara akademis dan dialogis tentu saja Din Syamsuddin akan sangat siap untuk berdiskusi dan mempertanggung jawabkan apa yang sudah disampaikannya tersebut. Kemudian jika tetap terjadi perbedaan pendapat tentu saja din syamsuddin sesuai dengan sikap, watak dan karakternya dia tentu akan siap untuk menghormati pandangan orang yang berbeda pendapat dengannya.
Editor: M. R. Oktavia
(Rupol)