Kementerian ESDM mencatat, Indonesia memiliki total sumber daya timah sebanyak 7,2 juta ton bijih (SnO2) dan 2,4 juta ton Sn. Cadangan sebanyak 6,8 juta ton bijih (SnO2) dan 2,2 juta ton Sn.
RUANGPOLITIK.COM – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut komoditas timah saat ini menjadi industri paling hilir dalam menjalankan hilirisasi yang menjadi mandat dari pemerintah.
PT Timah Tbk sudah melakukan pengolahan timah menjadi tin solder sejak 2009 dan kemudian tin chemical melalui anak usahanya, PT Timah Industri (PT TI) sejak tahun 2010.
Saat ini, Pemerintah telah mewajibkan pelaksanaan hilirisasi nikel, bauksit, tembaga, dan timah untuk mendorong pembangunan ekosistem industri di dalam negeri yang terintegrasi.
“Strategi hilirisasi mineral diantaranya melalui percepatan pengintegrasian supply chain antara tambang dan smelter, pengintegrasian industri pengguna bahan olahan mineral dan pengembangan industri lanjutan, serta aplikatif dari hasil pengolahan atau pemurnian mineral,” kata Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam acara Indonesia Mining Summit di Bali, Selasa (10/10/2023).
Kementerian ESDM mencatat, Indonesia memiliki total sumber daya timah sebanyak 7,2 juta ton bijih (SnO2) dan 2,4 juta ton Sn. Cadangan sebanyak 6,8 juta ton bijih (SnO2) dan 2,2 juta ton Sn.
“Secara umum pemakaian solder adalah pabrik elektronik, pabrik otomotif, dan pabrik semikonduktor. Pemakaian produk tin chemical adalah pabrik pipa PVC dan plastik kemasan makanan,” jelas Arifin.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menyebutkan, saat ini industri paling hilir dalam menjalankan hilirisasi adalah komoditas timah, Dimana sudah ada industri tin solder, tin chemical, dan tin plate untuk pengolahan logam timah.
Kedepan, komoditas lain juga didorong untuk melakukan percepatan hilirisasi mineral dan batubara secara terintegrasi supply chain antara tambang dan smelter, termasuk integrasi industri bahan olahan mineral.
“(Timah) per sekarang iya, tapi yang lain kita inginkan juga seperti itu,” kata Dadan saat ditemui dalam acara Puncak Peringatan Hari Pertambangan ke-78 di Kementerian ESDM, Minggu (15/10/2023).
PT TI yang merupakan anak usaha PT Timah Tbk terus melakukan optimalisasi hilirisasi untuk memenuhi kebutuhan pasar global dengan memiliki 3 pabrik tin chemical dan 1 pabrik tin solder.
Kapasitas produksi yang dimiliki PT TI saat ini sebanyak 21.000 ton, yang terdiri dari pabrik tin chemical Stannic Chloride (SnCl4) dengan merek BANKASTANNIC, pabrik Dimethyltin Dichloride (DMT) dengan merek BANKASTAB DMT Series, pabrik Methyltin Stabilizer dengan merek BANKASTAB MT Series, dan pabrik Tin Solder dengan merek BANKAESA.
Produk tin solder digunakan pada industri elektronik dan otomotif, sedangkan tin chemical digunakan pada industri Polyvinyl chloride (PVC) sebagai bahan aditif tin stabilizer untuk pembuatan pipa konstruksi, profil, plastik PVC transparan dan lainnya.
Pemerintah memberikan kemudahan, salah satunya dengan integrasi sehingga menciptakan harga bahan baku yang kompetitif dan dapat bersaing dalam kancah perdagangan internasional.
“Secara umum untuk hilirisasi itu ada insentif, kita dorong kesitu. Insentif untuk pengembangan investasi, termasuk juga nantinya bahan baku kita fasilitasi. Mekanisme dan kerja samanya dikembangkan, sehingga kepastian bahan bakunya terjamin dan investasinya jalan. Bahan baku kan juga bisa jadi isu kalau tidak cukup,” jelas Dadan.
Aplikasi timah sebagai bahan pelapis banyak digunakan sebagai pelapisan baja, untuk keperluan industri otomotif, pembungkus makanan, pelapis kaleng, pelindung kontainer, dan pelapis pipa yang terbuat dari logam lainnya.
Penggunaan akhir logam timah umumnya adalah untuk aplikasi tin foil, tin pipe, tin tube, tin chemical, tin wire, pewter, pipe fitting, electronic components, automotive components, tin plating steel sheet dan tin coating plastic sheet.
50 persen produk hilir timah banyak digunakan untuk tin solder, 17 persen untuk tin chemical, 13 persen tin plate, 7 persen baterai, 5 persen paduan tembaga, dan 8 persen aplikasi lainnya. Penggunaan logam timah dalam aplikasi tersebut akan tetap ditemui di masa mendatang.
Secara global, kebutuhan timah disuplai dari operasi penambangan di Tiongkok, Indonesia, dan Myanmar. Konsumsi logam timah global didominasi oleh Tiongkok, sementara konsumsi logam timah di Indonesia masih sangat rendah.
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)