Jika dampaknya sangat dahsyat, maka diprediksi akan kekurangan 1,2 juta ton. Tapi jika sedang-sedang saja, akan ada kekurangan 800 ton.
RUANGPOLITIK.COM – Badan Usaha Logistik (Bulog) memastikan cadangan beras di Sulawesi Selatan (Sulsel) tercukupi hingga akhir tahun 2023. Di tengah ancaman gagal panen akibat kemarau berkepanjangan.
“Cukup sampai akhir tahun,” kata Pemimpin Wilayah Perum BULOG Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar), M Imron Rosidi saat ditemui di ruang kerjanya, Jalan Pettarani, Makassar, Selasa (5/9/2023).
Meski begitu, ia mengungkapkan kemarau berkepanjangan atau El Nino jelas memengaruhi produksi. Entah itu karena adanya lahan persawahan yang gagal panen atau karena faktor kualitas padi yang dipanen.
Kementerian Pertanian (Kementan) bahkan memprediksi Indonesia akan kekurangan 800 ton hingga 1,2 juta ton beras akibat El Nino.
Jika dampaknya sangat dahsyat, maka diprediksi akan kekurangan 1,2 juta ton. Tapi jika sedang-sedang saja, akan ada kekurangan 800 ton.
Imron mengatakan, jika itu terjadi sesuai prefiksi Kementan, maka Bulog punya peran yang strategis. Dengan memggelontorkan beras ke pasaran.
“Itu mungkin perannya nanti,” ujar Imron.
Karenanya ia mengimbau, agar masyarakat tidak khawatir dengan hal tersebut. Meski harus tetap waspada,
“Tidak perlu dikhawatirin. Masyarakat tidak perlu khawatir, jangan menimbun barang. Jangan panic buying,” pungkasnya.
Sementara itu, Kementan telah memetakan wilayah yang terdampak El Nino. Ada wilayah merah, kuning dan hijau.
Wilayah merah merah merupakan yang sangat rentan. Kemarau biasa saja bisa menimbulkan efek yang serius, seperti kekurangan air.
Ada pula wilayah kuning, wilayah ini jika dilanda kemarau airnya ada tapi pas-pasan. Karenanya butuh intervensi.
“Daerah hijau itu yang dekat dengan sungai, ada danaunya, ada sumber mata air dan lain-lain. Itu dibooster, diperkuat,” kata Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo saat ditemui di Anjungan Pantai Losari, Makassar pada 3 September 2023.
Di Indonesia, kata Syahrul, ada sekitar 500 hektare wilayah hijau. Wilayah inilah yang akan digenjot produksinya. Jika yang mulanya dua kali panen setahun, maka akan ditargetkan tiga hingga empat kali.
“Insya Allah daerah hijau itu kalau kita jalan sesuai rencana menghasilkan 3 juta ton. 3 juta ton itu gabah, kalau dikonveri jadi beras kira-kita 1,5 juta ton,” terang Syahrul.
Untuk mengujudkan hal itu, ia berharap semua pihak ikut terlibat.
“Kita berharap Indonesia dengan kerja yang apik, kerja sama yang baik. Semua pihak, pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten dan kota saling membantu agar kita keliar dari kemarau yang sangat besar ini atau El Nino,” pungkasnya.
Apalagi kata dia, kondisi demikian bukan hanya melanda Indonesia. Tapi seluruh dunia.
“Dunia sedang tidak baik-baik, karena krisis pangan dunia melanda. Krisis pangan ini makin diperbedar dengan El Nino. Kemarau yang sangat tinggi, sangat dahsyat dan kekeringan terjadi di mana mana di belahan dunia,” tandasnya.
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)