Bundaran ini juga merupakan titik akses utama ke objek wisata utama di Putrajaya, termasuk kompleks kantor perdana menteri yang berdome hijau dan masjid megah di kota tersebut.
RUANGPOLITIK.COM —Bundaran Putrajaya di Malaysia masuk dalam Guinness Book of World Records sebagai bundaran terbesar di dunia. Lingkaran ini memiliki keliling sepanjang 3,4 km dan memiliki 15 titik masuk/keluar.
Terletak di pusat Putrajaya, ibu kota administratif Malaysia, Bundaran Persiaran Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah atau yang juga dikenal sebagai Bundaran Putrajaya, merupakan salah satu atraksi yang tidak biasa di negara Asia Tenggara tersebut.
Bundaran yang dirancang oleh arsitek ternama Malaysia, Hijjas Kasturi ini diresmikan pada 2003.
Sebagai sebuah prestasi dalam bidang rekayasa infrastruktur modern, bundaran terbesar di dunia ini dibangun di sekitar Istana Melawati, kediaman kedua terbesar dari Yang di-Pertuan Agong Malaysia, serta Landmark Putra Perdana dan sebuah hotel mewah bintang lima.
Bundaran ini juga merupakan titik akses utama ke objek wisata utama di Putrajaya, termasuk kompleks kantor perdana menteri yang berdome hijau dan masjid megah di kota tersebut.
Memiliki keliling lebih dari 2 mil (3,4 km), Bundaran Putrajaya sangat besar jika dibandingkan dengan standar bundaran. Namun, karena bentuknya yang elips dan fakta bahwa lalu lintas hanya mengalir dalam satu arah, bundaran ini tetap berfungsi dengan baik.
Akan tetapi, hal yang sama tidak dapat dikatakan tentang pesaing utamanya, yaitu bundaran yang sedikit lebih besar di Port-of-Spain, Trinidad dan Tobago.
Dengan keliling sekitar 2,3 mil (3,7 km), Queen’s Park Savannah sebenarnya merupakan bundaran terbesar di dunia, tetapi belum diakui secara resmi sebagai bundaran karena bentuknya yang tidak lazim. Bundaran raksasa ini jauh dari berbentuk bulat.
Faktanya, untuk melintasi Queen’s Park Savannah, seseorang harus melewati tidak kurang dari lima tikungan sudut 90 derajat. Meskipun lalu lintas mengalir dalam satu arah sejak akhir 1970-an, Queen’s Park Savannah belum diakui secara resmi sebagai bundaran.
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)