RUANGPOLITIK.COM-Masyarakat Indonesia mungkin sudah populer dengan pengusaha ulung, Bob Sadino. Pria dengan nama lengkap Bob Mustari Sadino ini nyatanya pernah menjadi sopir taksi gelap hingga menjadi kuli pemecah batu dengan upah Rp100.
Mengutip biografiku, kondisi itu dialami Bob ketika pulang dari Belanda. Jika dilihat latar belakang keluarganya, Bob memang berasal dari keluarga berkecukupan. Ayahnya, yang bernama Sadino bekerja sebagai seorang guru sekolah yang kemudian menjadi Kepala Sekolah. Sementara ibunya bernama Itinah Soeraputra.
Bob juga mudah mendapatkan akses pendidikan. Dia memulai pendidikannya di SR (Sekolah Rakyat) yang setingkat SD, kemudian masuk SMP, hingga masuk SMA dan lulus pada tahun 1953.
Selepas lulus SMA, dia kemudian diterima bekerja di perusahaan Unilever. Namun di sana dia hanya bekerja beberapa bulan saja. Dia memilih mengikuti temannya mendaftar kuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
Namun di bangku kuliah, dia cepat merasa bosan. Tak lama kemudian, dia memutuskan meninggalkan bangku kuliahnya dan memilih kembali bekerja di Unilever.
Dia kembali merasa jenuh dan mencari tantangan baru dengan bekerja di perusahaan pelayaran bernama Jakarta Lyod. Di perusahaan pelayaran itu, dia melanglang buana ke luar negeri. Belanda dan Jerman merupakan negara yang paling sering dikunjungi olehnya. Tak heran bila dia sangat fasih dengan bahasa Inggris, Jerman dan Belanda.
Pergaulan yang Luas
Bekerja di luar negeri dan bertemu dengan berbagai macam orang membuat pergaulannya semakin luas. Gaji yang dia terima di sana lebih dari cukup untuk menopang kebutuhan hidupnya selama di Eropa.
Dalam biografi Bob Sadino yang ditulis oleh Hana Wisteria dalam buku ‘Bob Sadino: Goblok Pangkal Kaya’ disebutkan bahwa walaupun memiliki penghasilan yang cukup selama di Eropa, ternyata tidak membuatnya bahagia.
Dia selalu merasa tertekan ketika diperintah oleh atasan. Di sisi lain, dia adalah orang yang sangat menghargai apa itu arti kebebasan. Sembilan tahun bekerja, hidup enak dan tinggal di Eropa akhirnya suami dari Soelami Soejoed memutuskan berhenti bekerja.
Pada tahun 1967, Bob bersama dengan keluarganya kembali ke Indonesia dan memulai meniti usaha dari nol.
Dari luar negeri dia memboyong dua buah mobil Mercedes miliknya ke Indonesia. Salah satu mobilnya dia jual dan kemudian membeli sebidang tanah di wilayah Kemang, Jakarta yang kala itu masih sepi dan dibangun tempat tinggal.
Pekerjaan Pertama dan Pernah Jadi Tukang Batu
Pekerjaan pertama yang dia geluti adalah menjadi sopir taksi gelap berbekal mobil mercedes yang dia punya. Namun dia mengalami kecelakaan dan menyebabkan mobilnya hancur.
Peristiwa tersebut membuat Bob beralih profesi menjadi tukang batu dengan upah Rp 100. Kondisi itu membuatnya tertekan dan depresi.
Suatu hari, dia melihat perbedaan bahwa telur ayam lokal sangat kecil dibandingkan dengan telur ayam di luar negeri. Dia melihat sebuah peluang dengan mencoba memasarkan telur ayam negeri di tempat tinggalnya.
Karena tak ada modal, dia menghubungi sahabatnya Sri Mulyono Herlambang di Belanda untuk dikirimkan 50 bibit ayam broiler langsung dari Belanda.
Bob Sadino bukanlah sarjana peternakan. Dia kemudian mempelajari cara mengembangbiakkan ayam broiler berbekal petunjuk dari majalah peternakan dan perkebunan yang berbahasa Belanda.
Dia berhasil mengembangbiakkan ayam peliharaannya dan menjual telur ayamnya kepada tetangga sekitar tempat tinggalnya. Dari aktivitas ini bisa dikatakan Bob merupakan orang yang pertama kali memperkenalkan telur ayam negeri di Indonesia.
Telur ayamnya banyak disukai terutama tetangganya yang kala itu kebanyakan ekspatriat atau orang asing karena ukurannya yang kala itu lebih besar dibanding telur ayam kampung. Di sisi lain, dia yang fasih dalam berbahasa Inggris membuat usahanya semakin laris manis.
Awalnya, dia menjual beberapa kilogram telur ayam. Lama-kelamaan kemudian meningkat menjadi puluhan kilo dalam sehari. Ini berkat keuletannya dalam melayani pelanggan walaupun tak jarang ia kadang dimaki oleh pelanggannya.
EDITOR: Adi Kurniawan
(RuPol)