Pada saat bersamaan, Litbang Kompas memotret preferensi pemilih Jokowi dalam mendukung capres. Pemilih Jokowi tersebar di Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.
RUANGPOLITIK.COM —Survei Litbang Kompas mengungkap Presiden Joko Widodo bisa memengaruhi hampir separuh pemilih PDIP untuk memilih calon presiden tertentu di Pilpres 2024. Sejumlah pengamat politik menilai hal ini sebagai alarm bagi PDIP dan Ganjar Pranowo.
Survei itu menyebut PDIP sebagai partai dengan tingkat ketergantungan paling tinggi terhadap efek Jokowi. Sebanyak 41,1 persen pemilih PDIP menyatakan akan memilih capres yang didukung Jokowi.
Litbang Kompas juga menemukan relasi kepuasan publik terhadap Jokowi dengan suara PDIP. Semakin baik kinerja Jokowi di mata publik, maka suara PDIP akan semakin terdongkrak.
“Di luar persoalan tersebut, relasi mutual keduanya pun akan terus-menerus teruji, khususnya dalam pencapresan kali ini. Perbedaan di antara kedua entitas dalam pencapresan, misalnya, akan mengurangi kekuatan mutualis keduanya,” dikutip dari Kompas.id, Rabu (24/5).
Pada saat bersamaan, Litbang Kompas memotret preferensi pemilih Jokowi dalam mendukung capres. Pemilih Jokowi tersebar di Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.
Sebanyak 26,2 persen pemilih Jokowi mendukung Prabowo. Jumlah itu meningkat dari bulan lalu yang hanya di angka 21 persen.
Sementara itu, pendukung Jokowi yang memilih Ganjar berjumlah 56,3 persen. Angka itu menurun dari bulan lalu, yaitu 61 persen.
Pengamat politik Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga menilai pengaruh Jokowi yang menguat justru menjadi ancaman bagi PDIP. Dia berkata Jokowi bisa membelokkan suara PDIP yang besar ke capres pilihannya.
Menurutnya, PDIP harus berhati-hati terhadap ancaman tersebut. Ganjar, ucapnya, juga tak luput dari ancaman itu.
“Wajar kalau misalnya Ganjar dalam lampu kuning kalau tidak bisa menjaga hubungan dengan Pak Jokowi, termasuk juga PDIP,” kata Jamiluddin saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (25/5).
PDIP dan Ganjar perlu menjaga hubungan baik dengan Jokowi agar sebagian suaranya tak lari ke capres lain. Selain itu, mereka juga harus mendorong Jokowi untuk mendeklarasikan dukungan secara nyata ke Ganjar.
Jamiluddin berkata kehadiran Jokowi di pencapresan Ganjar tak cukup. Hal itu dinilai publik sebagai kewajiban Jokowi sebagai kader partai. Publik, ucapnya, masih memaknai Jokowi memiliki sikap abu-abu terkait capres.
“Dengan abu-abu itu orang bisa mempersepsikan Pak Jokowi lebih berat ke Pak Prabowo daripada Ganjar. Untuk memutus rantai itu, persepsi itu, memang Pak Jokowi perlu pada satu saat dengan tegas menyatakan dukungan ke Ganjar,” ujarnya.
Dihubungi terpisah, Analis Politik Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago mengatakan pengaruh Jokowi memang besar dalam menentukan capres 2024. Merujuk survei Voxpol pada November lalu, Jokowi bisa memengaruhi 25 persen pemilih untuk mendukung capres tertentu.
“Mereka akan tegak lurus memilih pilihan Pak Jokowi. Kalau besok mereka mengatakan pilihannya Pak Prabowo, berarti PDIP bisa goyang,” ucap Pangi kepada CNNIndonesia.com, Rabu (24/5).
Meski demikian, Pangi berkata ada kemungkinan PDIP selamat dari dampak signifikan. Hal itu disebabkan PDIP masih punya pengikut loyal dalam jumlah besar.
Dia menyebut PDIP adalah partai dengan identitas kepartaian paling kuat di Indonesia. Dengan demikian, pengikutnya akan memilih siapa pun capres yang diusung PDIP tanpa melihat sosok kandidat tersebut.
Selain itu, survei Voxpol memotret pemilih Jokowi pun sebagian besar masih mendukung Ganjar. Sebanyak 32,1 persen pemilih Jokowi mendukung Ganjar.
Ada 22,3 persen pendukung Jokowi memilih Anies Baswedan. Lalu ada 18,7 persen pendukung Jokowi yang memilih Prabowo.
“Party-ID PDIP besar, di atas 16 persen. Orang memilih Ganjar di PDIP itu bukan person, tetapi karena partainya,” ujar Pangi.
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)