Kullab, mahasiswa asal Palestina yang menempuh pendidikan kedokteran di Sudang mengungkap kondisi di negara yang tengah dilanda konflik tersebut
RUANGPOLITIK.COM —Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono berharap, kasus konflik antara militer dan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) di Sudan tidak terjadi di Indonesia.
Konflik Sudan, kata Panglima TNI, berdampak pada perekonomian negara tersebut. Dia bahkan menilai, hal tersebut dapat membikin rawan menjadi negara gagal.
Dia menekankan, para pemimpin satuan TNI mesti bertanggung jawab atas amanah yang diemban. Menurutnya, pemimpin juga mesti mengikuti nalar maupun nurani untuk kepentingan nasional.
“Bina dan kembangkan jiwa korsa bersama satuan samping guna mewujudkan hal positif. Hal ini sudah dibuktikan keberhasilan dalam penanganan Covid-19, pengamanan G-20, pengamanan Lebaran, Natal, penanggulangan bencana, dan lain-lain. Di tahun politik, Netralitas TNI suatu keharusan,” katanya di Jakarta Pusat, Senin 1 Mei 2023, seperti dilansir dari laman Puspen TNI.
Kesaksian mahasiswa asal Palestina
Kullab, mahasiswa asal Palestina yang menempuh pendidikan kedokteran di Sudang mengungkap kondisi di negara yang tengah dilanda konflik tersebut.
Dia menilai, kondisi di Sudan begitu mengerikan.
“Saya keluar dari rumah, tidak ada bajaj, tidak satu pun mobil berhenti untuk membantu saya,” ucapnya.
“Kawasan industri terbakar dan toko-toko tutup. Saya merasa negeri seakan-akan hari itu adalah kiamat,” katanya lagi seperti dilaporkan Antara.
Konflik Sudan
Konflik di Sudan antara tentara dan paramiliter di Ibu Kota Sudan, Khartoum, pecah sejak Sabtu 15 April 2023 pagi. Hal tersebut terjadi akibat perebutan kekuasaan hingga mengakibatkan puluhan orang tewas.
Akibat konflik tersebut, upaya evakuasi ditempuh lewat jalur Pelabuhan Sudan di Laut Merah, terletak sekira 650 kilometer timur laut Khartoum, berjarak sekira 800 kilometer bila melalui jalur darat.
Pelbagai negara telah mengevakuasi warganya, seperti Amerika Serikat, Prancis, Rusia, Mesir, Britania, Qatar, Arab Saudi, Kuwait, Korea Selatan, hingga Swedia.
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)