Buonomano mencoba menghubungkan disiplin neurosains dengan konsep waktu. Dalam ilmu fisika, waktu dianggap sebagai dimensi ke-4 yang terpisah dari dimensi ruang (space)
RUANGPOLITIK.COM —Seorang neurosaintis asal University of California di Los Angeles, Dean Buonomano memaparkan gagasan bahwa otak manusia bekerja layaknya mesin waktu. Pemikiran ini disampaikan lewat bukunya yang berjudul Your Brain Is a Time Machine: The Neuroscience of Physics of Time.
Buonomano mencoba menghubungkan disiplin neurosains dengan konsep waktu. Dalam ilmu fisika, waktu dianggap sebagai dimensi ke-4 yang terpisah dari dimensi ruang (space). Irisan antara konsep waktu dalam fisika dan neurosains terletak pada perasaan subjektif tentang waktu yang dipengaruhi oleh kesadaran (consciousness).
Namun, bagaimana cara otak manusia memproses konsep waktu? Sebab, beda halnya dengan dimensi spasial, waktu bersifat abstrak dan tidak dapat dirasakan secara fisik.
Menurut Buonomano, otak memvisualisasikan waktu lewat perubahan pola aktivitas yang disebutnya sebagai dinamika neural.
Otak manusia disebut sebagai mesin waktu karena empat alasan yang saling terkait. Pertama, otak merupakan “mesin” yang mengingat masa lalu untuk memprediksi masa depan.
Kemampuan ini berkembang seiring dengan tuntutan bertahan hidup manusia purba. Keberhasilan reproduksi dan evolusi secara umum menjadi bukti keberhasilan otak sebagai pusat prediksi dan antisipasi.
Kedua, otak manusia adalah “mesin” yang memberitahu tentang waktu. Seperti disampaikan sebelumnya, otak menerjemahkan waktu yang abstrak dan tak berwujud menjadi pola fisik tampak dan dapat ditangkap panca indra.
Misalnya, ketika dua orang berlari, kita dapat melihat siapa di antara mereka yang lebih dulu mencapai tujuan. Ini adalah interpretasi waktu dalam bentuk kejadian.
Argumen selanjutnya berhubungan dengan kemampuan otak manusia menciptakan perasaan subjektif terhadap arus waktu.
Misalnya, ketika dihabiskan untuk bersenang-senang, waktu cenderung terasa berjalan lebih cepat, begitu pun sebaliknya. Fenomena ini sebenarnya juga terjadi hampir pada semua hewan, namun yang membuatnya unik pada manusia adalah hubungannya dengan mental time travel.
Mental time travel adalah kemampuan manusia untuk memikirkan masa lalu dan menghidupkan kembali ingatan. Kapabilitas ini membuat kita dapat merasakan kembali hal-hal di masa lampau dengan perasaan yang sama. Lebih dari itu, mental time travel juga membantu manusia memproyeksikan dirinya di masa depan.
Kemampuan mental time travel ini juga lah yang membantu manusia belajar dari pengalaman. Otak yang merekonstruksi masa lalu beserta semua emosi yang menyertainya dapat membentuk semacam simulasi alternatif untuk menjelajahi kemungkinan lain.
Hal ini diharapkan akan membantu manusia menentukan keputusan terbaik saat menghadapi peristiwa serupa di masa kini.
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)