RUANGPOLITIK.COM — Peristiwa siang pada Senin (21/11) sangat mengagetkan warga. Gempa bumi yang terjadi di wilayah Cianjur ini juga sampai ke ibukota Jakarta. Penyebabnya adalah Sesar Cimandiri dengan daya gempa mencapai 5,6 M. Apa Itu Sesar Cimandiri?
Berdasar informasi yang tercantum dalam jurnal UGM yang berjudul “Analisis dan Interpretasi Sesar Cimandiri Jawa Barat Menggunakan Data Anomali Gravitasi Udara Bebas Topex, Mekanisme Fokus Gempa CMT Serta Katalog Gempa BMKG.” Jurnal tersebut ditulis oleh Muhammad Adis Suryo W.
Dikutip dari jurnal tersebut, Sesar Cimandiri adalah sesar aktif di Jawa Barat dengan orientasi arah Timur Laut dan Barat Daya. Menurut situs ESDM Provinsi Lampung, sesar atau patahan adalah bidang rekahan yang disertai oleh adanya pergeseran relatif satu blok terhadap blok batuan lainnya.
Dikutip dari jurnal Unpad berjudul “Tektonik Sesar Cimandiri, Provinsi Jawa Barat” yang ditulis oleh Iyan Haryanto, Johanes Hutabarat, Adjat Sudradjat, Nisa Nurul Ilmi dan Edy Sunardi, letak struktur Sesar Cimandiri terbagi menjadi dua, yaitu:
Segmen bagian barat: membentang mulai dari Pelabuhan Ratu hingga Perbukitan Walat
Segmen bagian timur: membentang mulai dari perbatasan Sukabumi-Cianjur hingga mencapai Gunung Tangkuban Perahu(Bandung Utara).
Jalur Sesar Cimandiri melintasi Perbukitan Jampang, Perbukitan Warungkiara, Perbukitan Walat dan Perbukitan Rajamandala.
Sesar Cimandiri di Jawa Barat disebut menjadi penyebab beberapa peristiwa gempa bumi di Indonesia. Berikut datanya.
Gempa Pelabuhan Ratu (1900)
Gempa Padalarang (1910)
Gempa Conggeang (1948)
Gempa Tanjungsari (1972)
Gempa Cibadak (1973)
Gempa Gandasoli (1982)
Gempa Sukabumi (2001)
Sesar Cimandiri adalah sesar tua yang terbentuk selama berlangsungnya orogenesa (pembentukan pegunungan) tahap II. Pada saat itu, batuan sedimen Formasi Ciletuh berumur Eosen Tengah yang terbentuk di dalam forearc basin sudah terangkat ke permukaan.
Sesar ini aktif kembali oleh tektonik kompresi pada waktu Eosen-Oligosen (Oligosen) dan membentuk tinggian purba (paleo-high). Lalu, untuk kedua kalinya, Sesar Cimandiri aktif kembali sebagai sesar naik, yaitu pada waktu berlangsungnya orogenesa ke III atau bersamaan dengan terbentuknya Sesar Baribis pada waktu Akhir Tersier.
Di sepanjang jalur Sesar Cimandiri, terdapat bidang sesar normal yang miring ke arah utara dan menyebabkan terbentuknya sesar terjal. Hal ini juga menjadi alasan terbentuknya depresi Ciranjang (suatu wilayah yang permukaannya lebih rendah daripada permukaan laut) di sepanjang Lembah Cimandiri.
Editor: Ivo Yasmiati