RUANGPOLITIK.COM — Pasca pertemuan Ketua DPP PDIP, Puan Maharani dengan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto di kawasan Monas sikap politik Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) saat ini paling ditunggu, sebab KIB pemegang kunci berapa poros koalisi.
Menurut Pengamat Politik Citra Institute, Efriza saat ini di KIB ada dua kepentingan menguat khususnya bagi Golkar. Pertama, kepentingan pragmatis Airlangga Hartarto. Ia ingin menjadi cawapres dari PDIP siapa pun capres dari PDIP. Bagi Golkar hal itu Martabat diri dan Partai sebagai tiga besar.
Kedua, kepentingan dari Partai Golkar yang sudah mencemaskan Airlangga Hartarto meski diusung sebagai capres Golkar tapi elektabilitas rendah. Ada kekhawatiran Partai Golkar hanya sebagai tim penggembira tak diperhitungkan sebagai bagian pasangan calon.
“Apalagi menguat Partai Golkar mulai memikirkan merapat kepada Anies Baswedan, dengan pernyataan tersirat dari Akbar Tanjung selaku Ketua Dewan Penasihat Golkar. Dan, juga PAN dan PPP yang mulai gelisah, ingin buru-buru menentukan menguat ke poros Nasdem,” kata Efriza, Minggu (9/10/2022).
Menurur Efriza, KIB bisa saja bubar atau tetap bulat dan koalisi pilpres menguat kepada tiga poros koalisi. Jika bubar, Golkar bisa koalisi dengan PDIP sedangkan PPP dan PAN ke Koalisi Nasdem.
Sementara itu PDIP saat ini sedang berusaha untuk tetap mengusung Puan Maharani namun jika KIB menolak Puan, maka bisa Ganjar Pranowo yang akan diajukan.
“Dengan syarat wakil presiden bisa diantara dari tiga partai itu atau dari unsur bukan atas tiga partai itu, tetapi sosok alternatif yang populer didukung Masyarakat,” jelasnya.
Kemungkinan PDIP memilih tidak berkoalisi juga bisa terjadi, dengan mengusung calon sendiri Puan-Ganjar atau Ganjar-Puan.
“Ini jika kemungkinannya membangun koalisi dengan KIB juga tak memberikan kans kemenangan bagi Puan Maharani misal ketika simulasi Puan-Airlangga,” ujarnya.
Efriza mengatakan selain menemui Golkar, Puan Maharani diyakini juga akan menemui Zulhas dan Mardiono berikutnya. Hanya saja, diantara kedua partai itu, yang masih menyimpan obsesi besar di usung Pilpres adalah Airlangga Hartarto.
“Golkar juga urutan partai ketiga. Golkar juga diyakini dapat memengaruhi PAN dan PPP sehingga partai ini yang duluan ditemui. Disisi lain, PDIP juga menemui Airlangga untuk memastikan kepastian suara partai Golkar terhadap Anies Baswedan,” jelas Efriza.
PDIP juga memahami Golkar mempunyai irisan dengan Partai Gerindra. Suara solid dari Gerindra yang kecewa terhadap Prabowo Subianto juga memungkinkan berlari kepada Partai Golkar.
“PDIP sedang memperhitungkan Golkar, tetapi juga bisa saja mereka kecewa terhadap Golkar jika akhirnya malah tak dapat memengaruhi PAN dan PPP dalam KIB, bahkan jika pemilih Golkar malah lari kepada Anies Baswedan sedangkan sebelumnya masih dinamis,” papar Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Sutomo tersebut.
Menurut Efriza PDIP menemui Golkar hanya untuk perhitungkan kepentingan, peluang, strategi dan kemenangan saja belum serius berbicara koalisi PDIP dan KIB. (Syf)
Editor: Syafri Ario
(Rupol)