RUANGPOLITIK.COM – Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa membuat pernyataan soal amplop untuk kiai dalam pidatonya di kantor Komisi Pemberantas Korupsi (KPK).
Terkait hal tersebut, Suharso bakal menemui kiai dan ulama untuk meminta masukan secara langsung.
Sementara, Ketua DPP PPP Syarifah Amelia mengungkap adanya kesalahan penafsiran terhadap narasi Suharso yang diduga mengandung unsur hinaan terhadap kiai dan pesantren itu.
Menurutnya, Suharso sama sekali tidak ada niat untuk menyinggung kiai jika pidato disimak secara utuh tanpa dipotong serta disesuaikan dengan konteks diskusi. Para pengurus harian DPP PPP sebagai peserta acara menjadi saksi.
Berita Terkait:
Kontroversi ‘Amplop Kiai’, CSIIS: Suharso Jadi Beban Berat PPP
PPP Mulai Inventarisasi Sembilan Nama Capres di Pilpres 2024
Pengamat: PPP Sulit Lolos Parlemen di Bawah Kepemimpinan Suharso
Pemilu 2024, PPP Jangan Bergantung ke KIB
“Bagi PPP, pesantren adalah salah satu garda terdepan pendidikan umat, sehingga dalam pendidikan antikorupsi, kita harapkan dapat dimulai dengan memahami betul perbedaan pemberian hadiah/bisyarah yang penuh kasih. Serta, infak/shodaqoh yang berlandaskan keikhlasan dengan praktik yang mengarah pada gratifikasi di lingkungan pesantren,” ujar Amel kepada wartawan, Sabtu (20/8/2022).
Amel menjelaskan pernyataan Suharso tersebut sebenarnya untuk menanggapi permintaan Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron agar PPP mampu memberikan warna politik yang berbeda.
“Bukan membenarkan yang biasa, tapi membiasakan yang benar. PPP harus mampu menjadi partai yang mewujudkan politik berketuhanan yang Maha Esa, bukan berkeuangan yang maha kuasa,” beber Amel menirukan narasi Ghufron.
Dia menambahkan, pada akhir acara pembekalan, Suharso menandatangani komitmen untuk membangun integritas internal parpol, agar menolak politik uang dan praktik korupsi lainnnya.
Bagi PPP, ujar Amel, penghormatan kepada ulama adalah salah satu cara PPP mengingat jati dirinya.
Amel juga meyakini Suharso akan berupaya semaksimal mungkin memperbaiki kesalahpahaman ini.
“PPP dibentuk ulama, diawasi ulama, memperjuangkan ulama. Hal ini yang selalu ditanamkan oleh para petinggi partai, termasuk Pak Suharso. Beliau sekali lagi menyampaikan tidak sedikit pun bermaksud untuk menyinggung kiai dan ulama, serta menyesalkan video pidato beliau yang dipenggal seadanya. Namun, beliau mengakui beliau sangat terpukul jika sampai ada ulama/kiai yang terluka karena hal ini,” pungkas Amel.(ZSR)
Editor: Zulfa Simatur
(RuPol)