
RUANGPOLITIK.COM – Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa tuai kontroversi, usai pernyataannya tentang tradisi amplop untuk kiai-kiai di pesantren.
Suharso mendapat banyak kecaman dari kalangan aktivis, alumni pesantren sampai para kiai, sehingga akhirnya dia menyampaikan permohonan maaf.
Direktur Eksekutif Center for Strategic on Islamic and International Studies (CSIIS) Sholeh Basyari, melihat kontroversi itu berpengaruh besar terhadap PPP pada Pemilu 2024 mendatang.
Katanya, jika Suharso masih tetap menjadi ketua umum, maka akan jadi beban berat bagi PPP dalam mengarungi perjalanan menuju 2024.
Berita Terkait:
Link Live Streaming Dialog Politik: Menakar Peluang PPP Menembus Parlemen pada Pemilu 2024
Setelah Heboh ‘Amplop Kiai’, Ketum PPP Minta Maaf
Saksikan! RuangPolitik Gelar Dialog Mengenai Peluang Lolosnya PPP ke Parlemen di Pemilu 2024
Pagi Ini, KIB Golkar, PAN dan PPP Bakal Jalan Bareng Daftar ke KPU
“Blunder besar ini! Walaupun sudah meminta maaf, tapi pernyataan itu sudah terlanjur melukai banyak pihak. Yang terluka itu malah pemilih PPP sendiri, yang berada di kalangan pesantren, kiai, dan Islam tradisional,” ujar Sholeh melalui keterangan tertulis kepada RuPol, Minggu (21/8/2022).
Hebohnya pernyataan soal pemberian amplop yang dianggap melecehkan kiai dan budaya di pesantren itu, menambah panjang daftar kontroversi Suharso.
Lanjut Sholeh, sebelum ini sudah ada persoalan dugaan gratifikasi yang menimbulkan reaksi demo oleh berbagai pihak.
“Yang juga heboh soal etika, persoalan rumah tangga beliau yang juga menjadi konsumsi publik. Jadi menurut saya, saat ini Suharso Monoarfa memang menjadi beban bagi PPP. Jika PPP memaksa juga membawa beban ini, ya siap-siaplah untuk terseok-seok,” terang Sholeh yang juga aktivis vokal Nahdlatul Ulama (NU) ini.
Pada hasil berbagai lembaga survei, elektabilitas PPP mengalami penurunan yang tajam, bahkan jauh berada di ambang batas parlemen sebesar 4 persen.
CSIIS juga mencatat, pemilih PPP di kalangan Nahdliyin atau warga NU juga mengalami penurunan tajam, terutama di wilayah Jawa Timur.
Jika tidak ada perbaikan dalam beberapa waktu ke depan, maka Sholeh memastikan PPP tidak akan berada di parlemen pada periode 2024-2029.
“Hanya keajaiban mungkin ya atau yang paling mungkin jalan untuk menyelamatkan PPP itu ganti nahkoda nya,” pungkas Sholeh.
Sholeh sendiri merupakan aktivis NU yang ikut mengecam keras pernyataan Suharso tentang tradisi pemberian amplop di pesantren tersebut.
Bahkan dalam pernyataan sebelumnya, Sholeh menyampaikan Suharso tidak memiliki adab terhadap kiai.
“Dia itu tidak mengerti budaya pesantren, tapi dia berbicara. Orang yang berbicara tanpa mengerti itu, bukan orang yang bagus untuk jadi pemimpin. Karena itu namanya asbun, asal bunyi, tanpa mikir. Akhirnya dia minta maaf sendiri,” kata Sholeh, Sabtu (20/8/2022) kemarin. (ASY)
Editor: Zulfa Simatur
(RuPol)