RUANGPOLITIK.COM – Kisruh pernyataan Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa terkait ‘amplop’ untuk kiai, terus menimbulkan reaksi dari kalangan pesantren dan ulama.
Puluhan santri di Nganjuk, Jawa Timur, berkumpul di Pesantren Al-Hidayah untuk menyampaikan permintaan kepada Presiden Jokowi untuk memecat Suharso dari Menteri/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
Puluhan santri yang datang dari berbagai pesantren se-Kabupaten Nganjuk itu mengaku pernyataan Suharso sudah menghina dan melecehkan budaya di pesantren.
“Itu sangat menyakitkan bagi kami, menghina kiai-kiai kami. Makanya, kami mohon kepada Bapak Jokowi untuk memecat menteri yang tidak punya adab kepada kiai tersebut,” ujar perwakilan santri Nganjuk Gus Zainal Arifin saat menyatakan pernyataan sikap, Sabtu (20/8/2022).
Berita Terkait:
Link Live Streaming Dialog Politik: Menakar Peluang PPP Menembus Parlemen pada Pemilu 2024
Setelah Heboh ‘Amplop Kiai’, Ketum PPP Minta Maaf
Saksikan! RuangPolitik Gelar Dialog Mengenai Peluang Lolosnya PPP ke Parlemen di Pemilu 2024
Pagi Ini, KIB Golkar, PAN dan PPP Bakal Jalan Bareng Daftar ke KPU
Gus Zainal juga mengatakan budaya amplop tersebut, bukanlah akar korupsi seperti yang dalam pikiran Suharso.
Tapi merupakan bentuk sedekah dan sudah berlangsung sejak lama, dan menjadi budaya yang mengandung berkah di semua kalangan pesantren.
“Mungkin Pak Harso itu tidak pernah mondok, jadi dia menyangka budaya pemberian amplop itu salah. Padahal di situ terdapat barokah dan pahala,” lanjutnya.
Senada dengan itu, Gus Alfan yang merupakan pengajar di Pondok Pesantren Lirboyo juga mengecam pernyataan Suharso tersebut.
Menurut Gus Alfan, sebagai ketua partai berbasis Islam tidak seharusnya mengeluarkan pernyataan yang menyudutkan kiai dan pesantren.
“PPP itu juga lahir dari pesantren dan didukung oleh kiai-kiai. Lihat lagi sejarah, siapa yang membentuk PPP itu? Kok malah sekarang ketuanya melecehkan kiai-kiai,” gusarnya.
Untuk itu, kata Gus Alfan, PPP harus cepat-cepat mengganti ketua umumnya itu, agar tidak ditinggal oleh pemilih.
“Jika ketua umumnya seperti itu, PPP tinggal menunggu waktu untuk hancur. Tidak akan didukung oleh kiai dan pesantren lagi,” pungkasnya.**