RUANGPOLITIK.COM – Siapa sangka di balik bangunan tinggi besar buatan Belanda berusia satu abad lebih, tepat di seberang Kali Ciliwung, bertetangga dengan Rumah Susun Pasar Rumput, Jakarta Selatan, ada sebuah rumah tahanan canggih. Bangunan empat lantai bercat abu-abu itu masih baru, kontras dengan rupa bangunan-bangunan di sekelilingnya yang terlihat lebih kaku dan didominasi warna putih.
Tempat ini nama resminya adalah Instalasi Tahanan Militer (Staltahmil) dan berada di dalam komplek Polisi Militer Kodam Jaya/Jayakarta, markas militer ibu kota yang telah menempati bangunan tua di bilangan Guntur itu sejak 1949 silam.
Kini tak ada lagi pemandangan pintu-pintu sel besi tebal warna hijau dengan jendela kecil berjeruji besi berisi tahanan berseragam kuning cerah dan bersentuhan langsung dengan udara terbuka. Tak terdengar lagi suara salak anjing-anjing dari kesatuan K-9 Pomdam Jaya yang kandangnya berada tak jauh dari sel tahanan.
Para tahanan yang merupakan anggota militer dengan beragam kasus pidana yang menjeratnya, kini sudah diperlakukan lebih manusiawi. Mereka terlindungi di dalam bangunan tinggi yang berdiri di atas lahan seluas 1.500 meter persegi.
Rupa bangunan mirip dengan visual penjara di dalam film-film Hollywood, memiliki ruang makan bersama di tengah-tengah bangunan dengan meja besi panjang. Kursi-kursinya menyatu bersama meja, sama-sama dari bahan metal. Ruang makan ini seperti sebuah pusat kegiatan para tahanan. Di tiap sudutnya dilengkapi kamera pemantau (CCTV).
Langit-langit ruang makan ini sangat tinggi, sekitar 30 meter tingginya dan terlihat terang benderang. Pagar kawat baja menjadi pembatas antara ruang makan dengan koridor menuju ruang tahanan dengan pintu-pintu berkelir kuning, lengkap dengan nomor seri kombinasi huruf dan angka.
Terdapat papan panjang hitam dilekatkan pada empat bagian ruang makan ini, kira-kira setinggi 3 meter, tepat di atas kepala. Di papan itu tertera tulisan yang menggetarkan, “Kami Prajurit Bukan Penjahat Hanya Tersesat Belum Terlambat Bertobat”.
Staltahmil ini dikenal sebagai Wisma Sadar, nama yang sudah melekat sejak masih berpintu sel kelir hijau itu. Bangunan modern ini diresmikan pada 20 April 2021 oleh Jenderal TNI Andika Perkasa, Panglima TNI. Ketika itu, Andika masih menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat.
Selain lebih manusiawi, kata Andika, dalam sambutannya seperti dikutip dari kanal Youtube TNI AD, Wisma Sadar yang baru ini disebutnya sebagai Smart Rutan Militer. Rutan ini dilengkapi sistem keamanan canggih termasuk mengadopsi teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence). “Tidak mungkin lagi ada perundungan (bullying) di dalam. Karena segala gerakan tahanan di dalam ada analisisnya dan dilakukan oleh kecerdasan buatan. Sudah otomatis,” kata Andika saat itu.
Mantan Komandan Pasukan Pengamanan Presiden itu mengatakan, perubahan Wisma Sadar memakan biaya sebesar Rp 100 miliar yang diambil dari anggaran 2020. Meskipun terhalang pemotongan anggaran akibat pandemi, rencana membangun instalasi tahanan militer ini masih tetap dapat terwujud.
Di tempat ini pula Kolonel Inf. Priyanto, Kopral Dua Andreas Dwi Atmoko dan Kopda Ahmad Sholeh, tiga tersangka penabrak dan pembuang mayat dua warga di Nagreg, Kabupaten Bandung pada Desember 2021, ikut ditahan.
Keamanan Super Maksimum
Komandan Puspom AD, Letjen TNI Chandra W. Sukotjo menambahkan, Wisma Sadar mengadopsi penjagaan super maksimum (super maximum security) yang dipastikan jauh lebih aman karena tidak bisa leluasa berhubungan dengan pihak luar dan akan berdampak kepada jalannya pemeriksaan oleh Polisi Militer.
Menurut Kepala Dinas Informasi dan Pengolahan Data AD, Brigjen TNI Winarto, di lantai dua Wisma Sadar dibangun Pusat Komando atau Command Center yang merupakan ruang kendali utama. Di tempat ini, para petugas Staltahmil mengoperasikan sejumlah alat-alat khusus berbasis teknologi informasi (TI) untuk mendukung super maximum security.
Misalnya, pengendali otomatis untuk menutup pintu-pintu sel dan pintu antarbagian. Begitu juga sistem kelistrikan dikendalikan otomatis, seperti untuk menghidupkan dan mematikan lampu.
Para tahanan tetap mendapatkan hak kunjungan dari keluarga mereka dengan dua pola, baik itu kunjungan langsung dan dapat berbicara di ruang khusus bersekat kaca dan memakai telepon kabel. Ada pula pola kunjungan daring dengan mendaftar di website Pomdam Jaya dan mereka yang terseleksi akan diberi kesempatan melakukan pertemuan memanfaatkan aplikasi khusus.
Danpomdam Jaya Kolonel CPM Rory Ahmad Sembiring menjelaskan, ada 37 ruang tahanan di Wisma Sadar. Sebanyak empat sel bagi perwira tinggi (pati), enam sel untuk perwira menengah (pamen), dan 12 sel buat perwira pertama (pama), bintara, dan tamtama. Di luar itu, disediakan juga empat sel tahanan untuk Korps Wanita AD (Kowad) serta sisanya merupakan sel isolasi atau perlakuan khusus.
Terdapat 92 kamera CCTV, sebagian memakai teknologi kecerdasan buatan untuk mengawasi 9 perimeter, seperti tindak pemanjatan, pekelahian, perundungan dan lainnya. Jika ada upaya-upaya di atas, maka alarm akan berbunyi otomatis di ruang Command Center. Kamera-kamera lain berteknologi PTZ dan termal. (RD)