RUANGPOLITIK.COM – Kasus baku tembak di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo yang menewaskan Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat alias Brigadir J masuk babak baru. Bharada Eliezer alias Bharada E telah ditetapkan sebagai tersangka kasus penembakan yang menewaskan Brigadir J. Polisi menyebut penetapan tersangka Bharada E ini setelah penyidik melakukan gelar perkara dari hasil pemeriksaan para saksi dan barang bukti. Menurut informasi yang di dapatkan, dari gelar perkara tersebut penyidik menemukan bukti permulaan yang cukup untuk meningkatkan status Bharada E.
“Penyidik sudah melakukan gelar perkara dan pemeriksaan saksi juga sudah dianggap untuk menetapkan Bharada E sebagai tersangka,” kata Dirtipidum Bareskrim Polri Brigjen Andi Rian dalam konferensi pers (3/8). Bharada E menjadi tersangka atas laporan pihak keluarga Brigadir J terkait dugaan pembunuhan berencana ke Bareskrim Polri.
Penetapan tersangka terhadap Bharada E mendapat apresiasi, walaupun ada juga pendapat yang mengatakan bahwa ada dugaan kuat Bharada E hanya menjadi ‘kambing hitam’.
Ketika melakukan proses asesmen psikologi di LPSK (Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban), Jakarta Timur. Bharada E mengaku kepada pemeriksa bahwa dirinya pertama kali menembak, ya menembak Brigadir J. artinya, Bharada E ternyata belum pernah menembak orang sebelum akhirnya terlibat baku tembak dengan sesama rekannya, Brigadir J.
“Pengakuan Bharada E, apakah pernah menembak sebelumnya, dan Bharada E mengatakan belum pernah menembak orang ya sebelumnya,” ujar Wakil Ketua LPSK Edwin Partogi kepada wartawan, Kamis, (4/8).
Dari hasil pemeriksaan tersebut, Wakil Ketua LPSK Edwin Partogi menerangkan aksi baku tembak dilakukan karena Brigadir J (keterangan Bharada E -red) hendak melakukan penembakan terlebih dahulu ke Bharada E.
Kemudian akhirnya Bharada E menerangkan, melepaskan tembakan dari senjata api yang ia pegang. “Ya kalau alasan dari Bharada E versi Bharada E karena Brigadir J menembak dia,” kata dia.
Yang menjadi janggal disini adalah ada informasi yang mengatakan bahwa Bharada E baru pegang pistol pada November tahun lalu dan masih belajar menembak. Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Wakil Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), Edwin Partogi.
Kata Edwin, Bharada E juga baru latihan menembak pada Maret 2022 di Senayan. “Dia baru pegang pistol itu November tahun lalu dan latihan menembak itu Maret 2022 di Senayan,” ujar Edwin saat dikonfirmasi wartawan.
Masih berdasarkan informasi yang diperoleh LPSK, Bharada E bukan merupakan orang atau anggota polisi yang masuk dalam kategori jago menembak. Namun, Edwin enggan membuka sosok pihak yang memberikan informasi itu ke LPSK.
“Berdasarkan informasi yang kami dapat, Bharada E bukan termasuk kategori mahir menembak. Soal menembak ini, kami dapat informasi lain yang diperoleh, yang bisa dipercaya,” ungkapnya.
Sementara itukuasa hukum Bharada Richard Eliezer atau Bharada E, Andreas Nahot Silitonga (sebelum mengundurkan diri -red) mempertanyakan keputusan Mabes Polri menetapkan Bharada E sebagai Tersangka.
Pasalnya kliennya masih berstatus saksi. “Penetapan tersangka diberikan di tanggal 3 sebenarnya, sebagaimana kita ketahui bersama bahwa tanggal 3 itu sudah diumumkan oleh pak Dirtipidum waktu itu bahwa klien kami sebagai tersangka,” kata Andreas di Bareskrim Polri (4/8).
Menurut Andreas, ia sangat menyayangkan prosedur penetapan tersangka Bharada E. Andreas menyebut bahwa kliennya akan kooperatif selama proses penyelidikan. “Kita sudah mengikuti prosedur sesuai dengan KUHAP dan sangat kooperatif, cuma kenapa orang yang belum selesai diperiksa jadi saksi, tetiba dinaikkan statusnya langsung menjadi tersangka,” pungkas Andreas.