RUANGPOLITIK.COM-Kelompok yang menamakan diri Khilafatul Muslimin dengan ciri khas atribut Khilafah jadi pembicaraan ramai belakangan ini.
Keberadaan kelompok Khilafatul Muslimin pun diburu Densus 88 karena dianggap membuat gaduh dengan melakukan konvoi di beberapa daerah sembari menyebarkan selebaran.
Selebaran tersebut diketahui merupakan saduran dari bab Maklumat dalam Buku berjudul Gambaran Global Pemerintah Islam Faksi NII Khilafatul Muslim karya Abdul Qadir Baraja.
Buku bersampul merah terbitan RAP tahun 2001 sebanyak 161 halaman tersebut berisikan bab yang menuliskan tentang Pemerintahan Islam. Mulai dari Pemerintah Islam, Menteri Keuangan, Menteri Kehakiman serta Menteri Pendidikan. Ada pula bab dari hukum bai’at dan hubungan internasional.
Tampak pada halaman akhir, tertulis pengumuman Khilafatul Muslimin serta maklumat yang isinya persis dengan selebaran yang tersebar belakangan ini.
Berita Terkait:
Densus 88 Selidiki Konvoi Khilafatul Muslimin
Densus 88 Turun Tangan, Buru Kelompok Khilafatul Muslimin yang Lakukan Konvoi
Densus Ungkap Ribuan Teroris NII di Sumbar, 400 Orang Personel Aktif
Densus Ungkap Ribuan Teroris NII di Sumbar, 400 Orang Personel Aktif
Pada halaman akhir pun berisi fomulir pendaftaran bagi warga yang hendak bergabung bersama khilafatul muslimin.
Sekretaris Umum MUI Jawa Barat Rafani Achyar menyikapi kemunculan isi selebaran terebut dengan pesan agar tidak perlu dikhawatirkan.
Namun bagi Rafani, yang perlu dipertanyakan apa sebab serta gunanya menyebarkan selebaran lama tersebut secara serentak belakangan ini.
Densus 88 Polri terus menyelediki kelompok ini. Menurut Densus 88, Abdul Qadir Baraja yang diketahui sebagai pemimpin Khilafatul Muslimin pernah terlibat dalam aksi terorisme.
“Kelompok itu memiliki sejarah panjang keterkaitan dengan berbagai teror dan radikal ya NII, MMI kemudian pemimpinnya sendiri juga pernah terlibat aksi teror langsung ya di beberapa peristiwa di Indonesia,” jelas Kabag Banops Densus 88 Antiteror Polri, Kombes Pol Aswin Siregar.
Penjelasan Pimpinan Khilafatul Muslimin
Pendiri sekaligus Khalifah Khilafatul Muslimin Pusat, Abdul Qodir Hasan Baraja menyatakan banyak yang salah paham dengan Khilafatul Muslimin.
“Banyak yang menyangka khilafah itu berbentuk negara. Padahal tidak, nabi kan diutus untuk semua dunia. Tetapi pemerintah masih menyangka khilafah ini mau bentuk negara, padahal tidak,” kata Abdul Qodir Hasan saat ditemui di kantor pusat Khilafatul Muslimin di Jalan WR, Supratman, Bumiwaras, Rabu (1/6/2022),
Khilafatul Muslimin, kata dia, tidak pernah berniat untuk membentuk negara bersistem khilafah. Menurutnya negara Indonesia dengan sistem Pancasila satu-satunya yang mencontoh sunnah nabi.
“Tidak ada negara yang sehebat Indonesia, hanya Indonesia yang mengikuti sunnah nabi, seperti Piagam Madinah. Pendahulu kita membuat negara ini ada perjanjian muslim dan non-muslim untuk menjaga Indonesia serangan dari luar,” paparnya.
Justru, kata Abdul Qodir, pihaknya merangkul bukan hanya muslimin tetapi juga non-muslim untuk bergabung ke Khilafatul Muslimin.
“Itu kan dakwah di situ ada maklumatnya. Bahwa Khilafatul Muslimin itu anggotanya muslim dan non-muslim. Itu yang disebarkan. Cara berpikir kita semua kan ciptaan Allah, tidak mungkin Allah membuat aturan yang mencelakakan apa yang diciptakan,” ungkapnya.
“Cara berpikir itu kita tanamkan, maka non muslim kita kasih tau dan mereka mau jadi anggota. Ada pendaftarannya, jadi bukan cuma omong kosong. Makanya maklumat itu kita sebarkan setiap awal tahun,” bebernya.
Khilafatul Muslimin, kata Abdul Qodir Baraja, dibentuk sejak 1997 dengan berpedoman rukun iman dan Islam dan persatuan umat seperti yang diperintahkan dalam Alquran surat Ali Imran ayat 103.
“Manusia itu walaupun non-muslim mesti pemimpinnya menganjurkan umat bersatu. Islam lebih dahulu, melalui Allah mengajarkan bersatu. Berdasar itulah kita mempersatukan umat, lalu kita buat umumkan seluruh dunia. Sebab Islam ini Rahmatan Lil Alamin. Dari Indonesia diumumkan ke seluruh dunia tahun 1997,” jelasnya seraya mengatakan tidak ada yang menolak persatuan.
“Kita ini bukan organisasi. Tapi sistem kehidupan Islami. Kita menyerukan bersatu dan jangan berpecah belah. Ini yang belum dipahami,” sebut pria sepuh ini yang karib disapa Kiyai ini.
Lebih lanjut ia berpesan agar terus menyiarkan dakwah dan tidak melanggar aturan dan perundang-undangan yang berlaku.
“Jangan malas syiarkan dakwah. Asal jangan menganggu kehidupan, seperti jangan melanggar aturan lalu lintas. Kita juga selama ini tidak pernah demonstrasi,” tandasnya.