RUANGPOLITIK.COM – Wacana akan bergabungnya PKB dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) akan membuat munculnya poros besar pada pilpres mendatang.
Jika kemudian poros itu mengusung kandidat internal partai, seperti Airlangga Hartarto berpasangan Muhaimin Iskandar, maka akan membuat para kandidat non partai politik menjadi kehilangan peluang dalam mengikuti konstetasi pilpres mendatang.
Sebelumnya, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar membuka peluang untuk bergabung dalam KIB yang berisikan Golkar, PAN dan PPP.
Walau meminta syarat menjadi capres dari gabungan koalisi tersebut, namun pernyataan Muhaimin itu mendapat sambutan positif dari pengamat.
“Kalau memang jadi bergabung, untuk posisi capres dan cawapres tentunya bisa melalui pembicaraan lagi. Tapi koalisi gabungan (dengan PKB) tersebut akan membuat peta politik nasional berubah, karena munculnya poros dengan kekuatan yang dahsyat,” ujar Pengamat Politik Citra Institute Efriza, melalui keterangan tertulis kepada RuPol, Minggu (22/5/2022).
Efriza juga melihat pernyataan Muhaimin tersebut, menunjukan kematangannya dalam berpolitik. Muhaimin memberi sinyal kuat, bahwa dia masih memiliki berbagai opsi dalam menghadapi konstetasi pilpres mendatang.
“Secara politis, Cak Imin (Muhaimin Iskandar) mendapat tekanan yang kuat akhir-akhir ini. Baik masalah elektabilitas yang belum membaik, kemudian tekanan dari PBNU dan mungkin juga internal PKB, namun dia terus menggeliat. Sebagai ketum partai, dia membuktikan dia memiliki ‘kekuasaan’ yang tidak dimiliki lawan-lawan politiknya. Berbagai opsi terus keluar dari Cak Imin, seperti berpasangan dengan Prabowo dan saat ini bergabung dengan KIB,” terang Efriza lagi.
Pernyataan Muhaimin membuka peluang bergabung dengan KIB itu, menurut Efriza bukan hanya sekadar pernyataan sepintas, tapi sangat mungkin itu adalah pancingan kepada KIB untuk segera membuka komunikasi dengan PKB.
Berita terkait:
PKB Gabung Koalisi KIB, Pengamat: Akan Jadi Kekuatan Yang Dahsyat
Arogansi Muhaimin Bisa Membuat PKB Kehilangan Simpati Nahdliyin
Sholeh Basyari: Posisi Muhaimin Semakin Sulit, Coba Cari Kambing Hitam
Bicara Muhaimin, Yenny Wahid: Gus Dur Saja Dia Khianati, Apalagi Rakyat
Kandidat Non Parpol Gigit Jari
Wacana bergabungnya PKB dengan koalisi KIB tersebut, juga membuat peta dukungan untuk capres akan semakin menarik.
Kalau saja gabungan koalisi tersebut sepakat mengusung capres dan cawapres internal, seperti Airlangga-Muhaimin, maka potensi untuk kandidat non parpol akan semakin tertutup.
“Dengan bergabungnya PKB ke KIB, maka kekuatan mereka menjadi 206 kursi hampir 36 persen. Dan seperti yang kita cermati selama ini, 4 partai ini termasuk partai-partai yang menjadi incaran kandidat non partai,” kata Efriza yang juga Dosen Ilmu Politik di berbagai perguruan tinggi ini.
Lanjut Efriza, PDIP dan Gerindra sepertinya akan mengusung kader sendiri pada pilpres mendatang. Hal tersebut membuat pilpres 2024 mendatang tetap akan menjadi ajang para ketum partai.
“Tentunya kandidat non partai seperti Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil, Erick Thohir dan nama-nama lain itu bisa gigit jari. Tidak ada lagi partai politik yang akan mengusung mereka,” sambungnya.
Walaupun memiliki elektabilitas yang tinggi, para kandidat non parpol tersebut tetap tidak memiliki peluang untuk ikut konstetasi pilpres.
“Kalau saya melihat, hanya satu orang kandidat non partai itu yang akan bisa ikut bertarung, yaitu antara Anies dan Ganjar. Sisanya hanya bisa berharap posisi cawapres, tapi itupun sebenarnya sulit, karena jika posisi capres dari luar partai, pasti posisi cawapres tetap dari partai,” imbuh Efriza.
Namun di luar semua prediksi tersebut, Efriza kembali menegaskan manuver Muhaimin Iskandar yang penuh kematangan tersebut.
“Jujur saja, saya kagum melihat manuver-manuver Cak Imin itu, penuh perhitungan dan bisa membuat orang-orang yang berseberangan dengannya mati kutu. Tidak heran Cak Imin bisa bertahan menjadi ketum partai sampai 17 tahu,” pungkasnya. (ASY)
Editor: Asiyah Lestari
(RuPol)