RUANGPOLITIK.COM-Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi Partai Demokrat Didi Irawadi Syamsuddin menyoroti kebutuhan bahan pokok yang masih mahal dan langka hingga kini.
Didi menilai Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi tak mampu mengatasi persoalan yang berlangsung beberapa bulan belakangan.
“Langkanya dan mahalnya kebutuhan pokok, apalagi meroketnya harga minyak goreng yang sudah berbulan-bulan terjadi, tanda menteri perdagangan memang tidak mampu mengatasi masalah,” kata Didi Irawadi Syamsuddin kepada Awak media, Jumat (8/4/2022).
Didi menilai M Lutfi patut mundur dari jabatannya terkait persoalan itu. “Harga minyak goreng tetap meroket, menteri patut mundur,” ujarnya.
Berita Terkait:
Jokowi Sentil 2 Menteri Naikkan Pertamax dan Minyak Goreng Tanpa Penjelasan
Pemerintah Berikan BLT Minyak Goreng Rp300 Ribu ke 20,5 Juta Warga
Wakil Ketua DPR: Tak Perlu Umumkan Mafia Minyak Goreng, Tangkap Saja Langsung!
Mendag: Mafia Minyak Goreng Akan Diumumkan Senin Depan
Elite Partai Demokrat itu mempertanyakan sikap M Lutfi. Dia juga mengungkit pernyataan M Lutfi yang pernah menyebut ada mafia di balik persoalan harga minyak goreng.
“Menteri Perdagangan sudah harus mundur. Dugaan mafia minyak goreng dan lain-lain, yang sudah jelas tidak bisa diatasi apakah tidak membuat malu sang menteri? Apalagi sang menteri juga pernah bilang ada mafia minyak goreng tersebut,” tegasnya.
Legislator bidang keuangan itu menyebut rakyat membutuhkan solusi segera soal permasalahan minyak goreng dan kebutuhan bahan pokok lainnya. Dia menyinggung sosok pemimpin yang kuat.
“Saat ini rakyat menunggu solusi soal minyak goreng dan kebutuhan-kebutuhan pokok lainnya. Harus ada pemimpin kuat yang bisa sikat para mafia tersebut. Selanjutnya bisa atasi dan menata kembali kebijakan terkait harga yang tidak terjangkau tersebut,” paparnya.
Didi merasa ironis dengan fenomena kelangkaan minyak goreng di Tanah Air. Dia menyayangkan rakyat harus membeli minyak goreng dengan harga mahal meski Indonesia menjadi produsen sawit terbesar di dunia.
“Ironis, di negeri yang sawitnya melimpah ruah, produsen kelapa sawit (CPO) terbesar dunia. Justru rakyatnya harus membeli sangat mahal minyak gorengnya,” pungkasnya.(BJO)
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)