RUANGPOLITIK.COM-Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, Benny K. Harman menyoroti peran Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan yang menurutnya, seperti perdana menteri.
Pengamat Politik dari Citra Institute Efriza menyebut tersebut bukan sekadar komentar dari politisi oposisi. Tetapi kritik yang mempunyai dasar yang kuat.
Kritik tersebut bukan tentang perbandingan sistem pemerintahan yang dianut. Tetapi soal pemberian peran yang luar biasa besar terhadap Luhut.
Peran besar Luhut yang dinilai seperti perdana menteri juga menunjukan sisi lemah Presiden Joko Widodo.
“Sosok Luhut dengan perannya juga bukan tentang kepercayaan seorang presiden semata maupun ‘bestie-nya’ presiden. Tetapi ini juga menunjukkan karakter diri seorang presiden yang lemah bahkan juga persepsi diri presiden,” kata Efriza, kepada RuPol, Kamis (31/3/2022).
Berita Terkait:
Dianggap Perdana Menteri, Pengamat: Luhut Terkesan Melampaui Tupoksinya
Politikus Demokrat Sebut Peran Luhut Seperti Perdana Menteri
Diminta Buka Big Data, Luhut ‘Ngeles’, Buat Apa?
Muncul Desakan Agar Jokowi Copot Menko Luhut
Menurutnya, presiden sudah terlampau offiside dalam memberikan kepercayaan dan ruang gerak Luhut sebagai pembantu presiden. Peran Luhut di Pemerintahan dinilai cenderung melampaui posisi Wakil Presiden, sebab Wakil Presiden KH Maruf Amin begitu terbatas dalam pembagian peran dengan Presiden.
“Luhut bukan saja perannya yang offside, tetapi Luhut juga cenderung tak menghargai keputusan presiden,” tegasnya.
“Luhut juga yang menyingkirkan peran fundamental PDI Perjuangan sebagai partainya presiden,” sambung Efriza.
Ia mencontohkan, ketika Presiden Jokowi berpidato Luhut malah angkat telepon menerima evaluasi, tingkah menyebalkan Luhut ini mengesankan ia lebih berkuasa dari presidennya
Meski begitu, sosok Luhut bagi Presiden Jokowi tak tergantikan perannya, ia begitu handal dalam melakukan lobi, melakukan perang opini, bahkan cukup diperhitungkan oleh lawan-lawan politik Istana maupun partai-partai pendukung pemerintahan, dan bahkan Luhut adalah momok bagi PDI perjuangan.
“Sehingg pemerintahan ini membutuhkan sosok Luhut yang begitu “digdaya,” dan ia juga loyalitasnya terhadap presiden begitu tinggi, ia siap menjadi publik enemy, meski Presiden Jokowi juga merasakan ia begitu menyebalkan,” imbuhnya. (AFI)
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)