Oleh: Herman Batin Mangku
RUANGPOLITIK.COM – GELIAT jelang tahun politik mulai terasa. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menyambut kemungkinan membangun poros ketiga yang ditawarkan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Amanat Nasional (PAN).
Selain poros Golkar dan PDIP, partai bernuansa Islamis PKB-PPP-PAN ini sudah lebih dari cukup 20 persen electoral threshold untuk mengantarkan calonnya ke kursi presiden pada Pilpres 2024.
Dengan mengantongi perolehan suara Pemilu 2019, PPP 6.323.147 (4,52 persen), PKB 11.298.950 (9,04 persen), PAN 9.481.621 (7,59 persen), poros ketiga ini bisa mengumpulkan 21,15 persen.
Namun, jika poros ketiga ini terwujud, Ketum PKB Muhaimin Iskandar (Gus Imin) yang bennernya sudah riuh-rendah harus negosiasi ulang untuk mencalonkan diri sebagai presiden.
Apalagi, diprediksi, posisi Muhaimin Iskandar (Gus Imin) bakal terancam di PKB oleh Yaqut Cholil Qoumas, Menteri Agama, pascaterpilih kakaknya, Gus Yahya (Yahya Cholil Staquf) terpilih menjadi ketua PBNU di Lampung, Jumat pagi (24/12/2024).
Baca juga:
Gus Yahya dan Yaqut Bersatu, Posisi Cak Imin di PKB Rawan?
Partai koalisi potensi poros ketiga ini pasti akan menggodok keras kandidatnya yang lebih moncer ketimbang calon presiden yang bakal diusung poros Partai Golkar atau Poros PDIP. Cak Imin dalam berbagai survey masih sangat rendah.
Poros ketiga pasti menginginkan calon yang lebih kuat dari Gus Imin. Jika meminjam hasil survey Indikator Politik Indonesia terkait Pilpres 2024 jika digelar pada Ahad (5/12/2021), ada 10 nama: Prabowo 26,9 persen, Ganjar 23,2 persen, Anies 16,7 persen, Ridwan Kamil 6,2 persen, Sandiaga Uno 5,2 persen, AHY 4,6 persen, Khofifah 3,1 persen, Erick Thohir 2,3 persen, Puan Maharani 1,1 persen dan Airlangga 0,5 persen.
Untuk menang, poros ketiga bisa calon dari partai atau malah non partai seperti nama-nama yang popularitasnya lumayan tinggi saat ini seperti Ganjar Pranowo, Anies Baswedan atau Ridwan Kamil yang kemungkinan tidak mendapatkan dukungan dari poros PDIP maupun Partai Golkar.
Baca juga:
Dituding Rekayasa Ijtima’ Ulama, Sandiaga Jalan Kaki ke Prabowo
Apalagi, jika poros ketiga ini mempertimbangkan suara nasionalis untuk meraih simpati masyarakat lebih kuat lagi. Sejarah politik di negeri kita, pakem koalisi adalah nasionalis-religius (Islam).
Dengan menggandeng partai nasionalis seperti Demokrat 10.876.507 (7,77 persen) dan Nasdem 12.661.792 (9,05 persen), poros ketiga ini bisa semakin yahut. Namun, di partai nasionalis ini, ada nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), ketumnya Partai Demokrat yang masuk calon presiden yang populer pula.
Geliat politik tampaknya sudah dimulai, semua kemungkinan bisa terjadi. Terpilihnya Gus Yahya sebagai ketum PBNU tak ujuk-ujuk. Walau tak berpolitik, NU memiliki basis massa yang sangat signifikan untuk setiap pemilihan presiden.
Dan, Gus Yahya itu kakak Yaqut Cholil Qoumas yang desas-desusnya agenda berikutnya akan mengambil PKB. Eng ing eng …***
Penulis adalah Ketua Jaringan Media Siber (JMSI) Propinsi Lampung.